Mungkin di atas sana ada yang puas bilang gini:"Rasain nih petani..."

Kemarin saya mencoba mencari buah-buahan bersama anak dan istri saya di kios buah-buahan... Sambil sedikit mencari gizi yang baik, dan sambil berjalan-jalan.. Dan sesampai di kios buah, mulailah mencari buah-buahan, berbagai macam buah ada di sana, mulai dari produk lokal yang agak mahal sedikit, dan produk China yang tergolong murah..

Tiba-tiba sekelumit saya dengar percakapan antara penjual dan salah satu pembeli:

Pembeli: Mas, pilihke yang murah ya..
Penjual: Iya, ini saja bu, lumayan, murah, dan bergizi, segar lagi baru datang

Pembeli: yang murah , yang china saja lah
Penjual: Wah bu, kasihan petaninya..

Pembeli: Walah, yang lokal mahal-mahal
Penjual: hati hati lho bu, di China, telur saja bisa dipalsu

Pembeli: Yo wis mas, manut wis
Penjual: ini nggak mahal kok bu, hanya produk China itu memang murahan.. udah deh ini tak gratisi satu buat dicoba.. kalau masih bilang mahal, produk Indonesia ini memang nggak murahan kok.. Percaya wis.. kalau nggak enak, besok balik sini..

Pembeli: Nek barang China mu nggak laku piye mas
Penjual: Ya ndak papa to bu, wong nanti juga dia akan ngambil lagi... salah sendiri ngirim barang ke sini kok barang kualitas gituan..
Pembeli: Percaya mas!!


Saya tidak melihat adanya kemenangan penjual dalam menawarkan barang dagangannya.. Tapi sebuah rasa kepedulian sang penjual terhadap para petani lokal.. Luar biasa sekali dia menjual produk lokal Indonesia..

Dan saya juga tidak melihat adanya nasionalisme yang tinggi dari para pembuat kebijakan yang mengijinkan benda-benda produk luar masuk Indonesia.. Iklan layanan masyarakat di TV yang berbunyi:"Cintailah produk-produk dalam negeri" hanya formalitas mulut para pembuat kebijakan itu.. Orang-orang gedean juga memilih belanja dan macam-macam ke Singapura dengan harga mahal meski nanti juga dapat barang dari Indonesia.. Iklan itu persis sama dengan iklan pajak.. dimana pembayar pajak harus SIAP untuk dikhianati..

Saya juga tidak melihat kecerdasan patriotisme para manusia yang duduk di atas sana.. mereka dengan segala dalih, lebih memilih berbicara:"Harga pupuk naik, harga pestisida naik".. Yang jika para petani menjerit karena tak sanggup membeli pupuk, dan ketika menjual harus kalah dengan produk China, pemerintah duduk diam saja, sambil mengatakan :"Saya prihatin atas nasib petani kita".. Hanya itu.. dan hanya itu..

Mungkin sampai petani bilang:"Beli pupuk mahal, kayaknya yang harus digencet adalah badan kami yang hanya bisa keluar tai yang bisa jadi pupuk", para petinggi juga tetap akan diam sampai masa kekuasaannya berakhir, dan dia telah saya katakan IDIOT, kalah cerdas sama penjual buah-buahan di kios Kamdanen, Ngaglik, Sleman DIY

Isunya, sebentar lagi, petani akan dipukul oleh beras murah 2500 rupiah dari China.. Silakan milih, memakan beras kelas nomer sekian di China yang dibuang ke luar negeri, atau makan beras sendiri, jerih payah para petani.. Silakan ambil kecerdasan anda sendiri...

gambar diambil dari : http://www.mediaindonesia.com/public/gallery/large/2010_01_05_12_57_40_BUAH-B-2.gif