Jumat, 30 Oktober 2009

Mengapa Tendaku

Seorang teman bertanya pada saya tentang halaman Multiply saya ini.

xxxxx: Mas, mengapa Multiply njenengan itu dikasih judul titel : Tendaku
saya: Lha.. sak gelemku to nduk

xxxxx: Kok nggak Rumahku, Surgaku, atau nek njenengan pengin: Bordilku
saya: walah.. lambemu ki nduk.. sik sik kowe kok seneng banget ngomong bordil

xxxxx: hahaha, khan mung "jika" mas
saya: aku yo wegah nggawe situs ming nggo bordil kowe..

xxxxx: *marah nih mas aku
saya: *aku yo nesu

xxxxx: damai mas
saya: Ya mengapa tendaku? Tenda adalah tempat berteduh di alam bagi orang-orang petualang.. Kebetulan bertualang adalah keinginanku yang mungkin pada akhirnya ada titik dimana saya harus berhenti, seidaknya mengurangi.. Tendaku yang asli telah mbuh nandi, sepatu sudah menghilang, matras juga mbuh, carrier sudah entah kemana.. Maka Tenda di dunia maya lah aku berteduh..

xxxxx: wah kalau aku berarti bilang : Hotelku, boleh nggak mas untuk Facebookku?
saya: yo jika dirimu menganggap itu ndak masalah kok

xxxxx: waah tapi gimana ya nggawe titel nang Facebook
saya: lha itu yang saya ndak tau.. Tapi tenan po mau pake Hotelku? HOtel itu mahal dan cuma temporer lho tempatnya

xxxxx: Bukannya tenda itu juga mas?
saya: ya kadang tenda itu khan rumah juga..

xxxxx: wah njur apa ya mas enak e
saya: ya nek saya ya pesen wae, facebookmu kalau bsa dikasih titel ya seperti keinginanmu tadi: Bordilku.. hehehe bagi saya sih facebook masih tempat asal nyangkem, nyampah dan melink apa yang tak tulis di Multiply atau tempat lain

xxxxx: *ngambek meneh.. ndak mau chat lagi 1 minggu
saya: Alhamdulillah.. lega gangguan 1 minggu


Hiks.. belanja 100 ribu, kembali 3 ribu, disuruh ambil permen.. ya ternyata inilah Papua..

Sabtu, 24 Oktober 2009

Menikmati gempa di kota Agats.. lama banget

Bener mas Tri.. Bicara itu mudah.. No Action Talk Only.. No Action Concept Only

ARU... [2nd part of Trip to Asmat]

Sambungan dari http://bimosaurus.multiply.com/journal/item/463/Ke_Pulau_Emas.._1st_part_of_Trip_To_Asmat


Tulisan ini belum dapat menampilkan Foto akibat sinyal seluler yang kurang bagus sebagai satu-satunya alternatif berinternet di Agats, Asmat. Tulisan ini akan kami ulangi lagi kelak dengan foto dan video yang sepanjang perjalanan kami dapatkan.





21 Oktober 2009

Bismillah... Masuk laut Aru, kami menyiapkan diri dengan mental dan siap untuk tidak mengantuk. Benar saja.. Perjalanan yang dimulai pukul 2 dini hari ini langsung mengajak kami memukul gelombang.. Gila!! si bapak pengemudi tersebut bermain tanpa satupun alat navigasi selain mercusuar.. jangankan GPS, kompas dan radio saja tidak ada yang membawa.. Kami hanya bersenjatakan bismillah dan persiapan mengambil jerigen minyak jika terjdi sesuatu untuk dijadikan pelampung.. Ya benar, kami tanpa pelampung masuk ke perairan tersebut.. Namun kami pantas bersyukur ketika si bapak tersebut memilih masuk lagi ke rawa-rawa mumpung pasang daripada menembus laut yang kejam itu. Kamipun dapat tertidur.. Sekian menit kami tertidur tiba tiba boat yang dalam keadaan kencang ersebut menabrak balok kayu yang menyebabkan kami harus kaget setengah mati. Ternyata.. sang bapak itu juga lebih luar biasa lagi.. berjalan di belantara rawa tersebut: TANPA LAMPU ... waseeeem... Saya jadi ingat ketika pak Pieter sebagai PIC kami di Asmat bertanya diwaktu kami gagal berlaut:"Engine berapa itu boat? Tidak masuk akal doble engine hanya 40 dan 85 ahhh.. Jangan jadi pahlawan kesiangan,, berkorban buat masyarakat boleh tapi.. aaah"

Tiba-tiba saya ingat kisah 3 dokter yang tenggelam di perairan ini, team TV7 yang akhirnya kameramen tidak ditemukan lagi, dan team dari Geografi UGM yang hilang juga di antara perairan ini hingga pantai Kasuari. Mungkin mereka lengkap peralatan.. namun sepertinya kami harus mengatakan, biarlah kearifan alam berbicara...

Pagi pun datang... Masuklah kami ke Pulau Tiga dimana kepala Suku Asmat memiliki villa di pulau ini, dimana team dari TV7 dan lain-lainnya mengalami kesulitan.. Sempat saya merasakan merinding, dan akhirnya saya memilih diam menahan pipis yang menyakitkan..

Saya keluar dan mencoba paksakan buang air kecil.. dan... Dats...datsssss.. pukulan gelombang memaksa psikologis saya untuk tidak pipis disini.. Siyal, perahu oleng akibat saya berpindah posisi... Sang bapak memilih berhenti dan berapung-apunglah kami di antara gelombang yang besar.. Saya pun kembali ke tempat duduk dengan rasa perih menahan pipis...
Ternyata seluruh penumpang telah merasakan hal yang sama.. masuk rawa, kamipun melalui perjalanan seru.. dimana seluruh team bergantian dengan gaya sendiri-sendiri berpup... rasanya lamaaa sekali melakukannya.. dan merdeka!!! Cita-cita kami tercapai...

(Ada fotonya nyusul semua gaya pup dari belakang :D jika bersedia dapat diupload)

Masuklah kami ke perairan Asmat yang luar biasa yang selama ini hanya kami dapatkan dari TV. Duduk di luar belakang membuat saya lebih menikmati seluruh perjalanan ini.. Sebuah perjalanan luar biasa yang akhirnya kami dapat melihat langsung masyarakat primitif yang memilih tinggal di dekat sungai supaya dekat dengan kendaraan mereka yaitu perahu.. beratapkan daun sagu.. dan berkehidupan berburu dan meramu..

Pukul 10 lebih, masuklah kami ke sebuah pelabuhan.. inilah pelabuhan Agats.. sebuah kota yang tidak ada sepertinya di manapun di muka bumi ini.. Sebuah kota unik dengan kehidupan di atas rawa, yang seluruh jalan kota terbuat dari kayu yang bertinggi 1-2 meter dari permukaan tanah.. tanpa PLN, Telkom, PDAM, MObil, Motor bensin, kota ini hidup dari genset, Telkomsel (promosi meski sinyale elek), dan penampung air hujan.. Dengan segala fasilitas baru ini dimulailah kami dengan peradaban di Agats

Bersambung

Ke Pulau Emas.. [1st part of Trip To Asmat]

Tulisan ini belum dapat menampilkan Foto akibat sinyal seluler yang kurang bagus sebagai satu-satunya alternatif berinternet di Agats, Asmat. Tulisan ini akan kami ulangi lagi kelak dengan foto dan video yang sepanjang perjalanan kami dapatkan.


18 Oktober 2009

Perjalanan menuju pulau Papua ini kami mulai dengan keberangkatan kami ke Bandara Adisucipto Yogyakarta. Kunjungan dinas kali ini terasa berbeda dengan perusahaan kami yang baru. Dengan pengalaman memanage perjalanan dinas yang masih minim, kami berangkat dengan peralatan yang berbeda karena menghadapi medan yang berbeda juga.. Ke pulau Emas kami menuju.. Papua..

Pukul 6.10 Pesawat Merpati kami tinggal landas meninggalkan Jogja tercinta menuju suatu tempat, Ujungpandang untuk melakukan transit. Kami mendapatkan tempat duduk 17 A, B, C, D, yang akhirnya saya duduk diantara seorang bapak asli Jogja yang bekerja sebagai PNS di Sorong, dan seorang ibu PNS juga yang berdomisili di Merauke. Perjalanan menuju Makassar ini terasa santai dan cukup membawa suasana yang segar. Kurang dari dua jam, mendaratlah kami di bandara Internasional Hassanuddin yang luarbiasa bagusnya.

Selanjutnya dalam 30 menit ternyata pesawat Makassar - Timika telah siap berangkat. Berangkatlah kami menuju pulau emas itu. Kamipun duduk berderet seperti tadi di kursi nomer 6 A, B, C,D. Hampir saja kami terlambat pesawat. Dan ternyata juga sebelah Aji, teman kami, terdapat satu orang ang lebih terlambat dari kami. Berkenalanlah Aji ini dengan mas Tri, orang dari Jawa Timur tersebut. Mas Tri ini ternyata akibat buru-burunya mengalami musibah: HP tertukar saat pemeriksaan barang.

Singkat kata, sampailah kami di bandara Mozes Kilangin, Timika. Mas Tri bingung dengan HP nya yang telah sampai Ternate, dan kami bingung dengan tempat tinggal. Alhamdulillah mas Tri menawarkan tempat tinggalnya di Timika. Kebetulan mas Tri ini adalah seorang WIrausahawan juga bidang Elektronik Desain dan Teknologi Informasi. Untuk yang terakhir ini, beliau masih baru dalam dunia ini. Sembari pulang, kami mencari informasi pesawat kecil untuk menuju Agats, Asmat. Namun sialnya, pesawat baru ada satu minggu lagi.. WEEEEKSSS, dan akhirnya kami berencana menunggu kapal, dengan jadwal awal : Kamis berikutnya. Berangkatlah kami ke tempat tinggal mas Tri..

19 Oktober 2009
Hari pertama, Senin di Timika, diertemukanlah kami dengan pak Akhiri Iribaram. Orang ini adalah salah seorang pejabat Samsat Timika, beliau orang asli Papua yang beristrikan Bunda Rahmi, yang berasal dari Makassar. Bunda Rahmi ini berbisnis bersama Mas Tri dan rekan Mas Tri yang jago main keyboard: Bang Syarif dari Bugis. Pak Akhiri adalah seorang muslim yang memang putra daerah Papua. Beliau seorang ustadz yang baik. Beliau senang sekali dikenalkan dengan kami yang memiliki beberapa pandangan dan konsep yang memerlukan pupuk dukungan dari semua pihak.. Kami pun diajak makan siang di sebuah Rumah Makan Padang dan terjadilah keakraban dan brainstorming disana. Sambil memantau barang kiriman dari Jakarta dan barang dari jogj, kamipun mulai mempersiapkan diri untuk menuju Agats dengan cara kami, yaitu sewa SpeedBoat yang beriklan di Surat Kabar setempat. Deal!! 12 juta dari Timika Agats dengan kapasitas penumpang 8 orang.

20 Oktober 2009
Selasa pagi kami berangkat dari Timika menuju pelabuhan Pomako yang berjarak 1 jam perjalanan melewati hutan-hutan Papua yang sangat gelap dan rimbun.. Luar biasa.. Indonesia benar benar kaya.. Sesampai di Pomako, kami pun mulai bersiap ke kapal, yang hanya berisi 6 penumpang. 2 penumpang lagi diluar diri kami adalah 2 orang honorer PNS Agats.
Satu.. Dua.. Tiga.. berlayarlah kami dengan dijurumudi oleh seorang bapak yang berasal dari penduduk setempat.. SEpertinya si bapak ini memang telah sangat kenal dengan keadaan alam.. Masuk ke laut Aru kami pun mulai dikenalkan dengan gelombang yang agak setengah gila...

30 menit, tiba tiba boat balik arah menuju Timika, dengan alasan Mesin tidak normal. "Tidak normal mesin.. Kembali ke Timika.. Gas Sudah habis mesin tidak mau lari!!" Begitu ujar sang bapak pengemudi..

Sesampai di Pomako, pak Budi Purwanto , pemilik kapal boat tersebut melakukan checking kapal. Setelah 2 kali test, akhirnya kapal dinyatakan OK. Hanya saja, pengeudi tidak lagi berani mengemudikannya di siang hari. Dia memilih tunda hingga malam lagi. Dan kami memandang cukup profesional, ketika alasan keamanan kami menjadi penyebab. Bahkan mereka siap mengantar kami dan menjemput di malam hari nanti untuk melakukan perjalanan laut kembali

Sesampai di Timika, alangkah terkejutnya mas Tri dan senangnya ketika kami masih mampu melanjutkan pekerjaan jaringan di Timika hingga sore. Pekerjaan jaringan di Pengadilan Agama Timika, selesai sudah. Dan sebagai persekot hadiah, kami pun mendapat makan malam dengan lauk kepiting besar wehehehe.. inilah kesukaan saya.. Kepiting, kopi susu dan segepok prospek PROYEK... Slurp

21 Oktober 2009
Malam-malam kamipun dijemput pak Budi, dan lanjutlah kami ke Pomako.. Di malam gelap itu, berjalanlah boat di Rawa-rawa menuju laut Aru..
Mengarungi laut tiba-tiba saya merasa aneh.. Sinyal Telkosel yang penuh dengan tulisan : PORT SITE. Ya.. kami melewati sebuah pelabuhan Freeport yang luarbiasa megahnya. Gemerlapnya Portsite di malam hari seakan menjadi wakil dari sepersekianjuta  gemerlap emas yang telah dikeruknya..

Kami sempat dikuntit sebuah kapal boat lagi setelah  saya melakukan foto Port Site. Menurut informasi, Port Site ini adalah pelabuhan langsung dari Freeport yang berasal dari Gunung TEmbagapura dan disalurkan melalui terowongan bawah tanah yang berada di bawah hutan-hutan Papua.. Oh negeriku..

Bersambung..

Selasa, 13 Oktober 2009

No Woman Noangis...

Next Site Job... Asmat..

Start:     Oct 18, '09 6:00p
End:     Nov 18, '09
Location:     Kabupaten Asmat
Giliran ke Timur... Tiket telah didapat, equipment dan peripheral telah dikirim, tinggal personal, persiapan jiwa raga...

Let's Go To Adventure..


Kamis, 01 Oktober 2009

Munafik

A: "Mas, nih tak kirimi link http://blablablabla"

B: "walah kok gambare aneh aneh, porno kui"

A: "Rapopo, lucu kok ki, apik konco tombo judeg"

B: "kene wenehi proyek wae, wegah nek mbukak ngonoan"

A: "Wah sampeyan ki munafik.. mbukak ngono ra seneng.. padahal atimu seneng to.. Aku nggak munafik kok sama hal gituan"

B: "Ya , kamu nggak munafik, kamu suci sendiri kok" (kebalik nggak ya)

Pernyataan menyebut orang sebagai orang munafik seperti itu, sering kali kita terima hanya karena kita tidak ingin ikut pada hal yang kurang baik menurut kita.. Saya heran dengan hal seperti itu.. Seakan-akan akhirnya merekalah orang jujur, dan yang benar.. 

Padahal setau saya..Orang munafik adalah orang yang bermuka dua, yang digambarkan dia berbeda antara perbuatan dan tindakan. Pada dasarnya orang munafik tidak suka dengan perintah Tuhannya, namun dia selalu menampakkan diri di depan manusia sebagai orang yang suka menjalankan perintah Tuhan

Tanda-tanda orang munafik ada tiga

1. jika berkata dusta

2. jika berjanji ingkar

3. jika dipercaya khianat

Nah.. pertanyaannya.. apakah saya salah, untuk menolak hal hal seperti itu??