Suatu ketika si Jenaka mendapatkan dua undangan kenduri. Satu di desa sebelah utara desanya, satu lagi di kampung di selatan desanya. Waktu kenduri tersebut bersamaan, yaitu pasca maghrib. Karena itu si Jenaka mulai timbang menimbang menentukan mana yang harus dia datangi.
Gumam sisi hati kirinya : "desa utara saja, tidak perlu nyeberang sungai, meski jarak lebih jauh"
Tukas sisi hati kanannya : "desa selatan hanya nyeberang sungai, jarak lebih dekat"
Begitulah pertempuran hatinya. Akhirnya otaknya pun ikut berbicara : "Bisa kok ikut dua-duanya, dapat dua takir lagi.. mantab itu. Datang dulu ke desa selatan yang dekat, nanti di tengah-tengah langsung minta pamit ke desa utara"
Rencana itupun berjalan. Namun ketika berjalan ke arah selatan, dia berpapasan banyak orang justru ke desa utara. Iapun menjadi risau. Ada apa di utara, jangan-jangan takirnya lebih banyak, karena yang di utara ini adalah orang yang amat kaya, sedang di selatan adalah orang biasa. Rencananya bubar. Diapun berjalan ke utara. Dengan bergegas-gegas, dia ingin segera datang ke utara. Namun benaknya memperingatkan lagi. "Selatan lebih dekat. Kau bisa ke selatan dulu, hanya butuh 15 menit. Ke utara 30 menit".
Kembali ia berlari ke selatan mengejar takir 'orang biasa'. Karena tergesa-gesa, justru ketika menyeberang sungai, dia terjatuh dan basah kuyup. Iapun harus kembali ke rumah berganti kain sarung dan kemeja, jalan lagi ke utara dengan bersepeda.. pertimbangannya "Selatan bahaya, ada sungainya gak bisa pake sepeda lagi". Rupanya dia tidak beruntung. Karena tergesa-gesa, sepedanya dibawa ngebut di tempat berbatu, dan bocorlah bannya. Sambil mendorong sepedanya, ia berlari. Berlari seperti apapun dengan membawa sepeda tentu tetap berat. Dengan perjuangan, ternyata menjelang sampai kampung sebelah, dia telah melihat orang-orang pulang dengan takir. Acara utara selesai. Ia pun langsung menghambur balik ke selatan. Dengan kecepatan tinggi dia bergegas ke penyeberangan sungai. Alangkah sialnya ketika dia melihat perahu-perahu eretan telah digunakan orang pulang kenduri dari selatan.
Si Jenaka gagal total
Saya lupa dongeng ini berasal dari daerah mana. Kalau tidak salah berasal dari Sumatera,namun biarlah saya sebut dengan si Jenaka saja. Cerita jenaka ini mengandung pesan beberapa hal dalam kehidupan kita. Antara lain: menyarankan fokus dan melarang serakah. Fokus memang menjadi permasalahan tersendiri bagi kita. Justru masalah fokus ini banyak terjadi di kalangan orang-orang yang lebih terpelajar. Orang terpelajar memiliki daya nalar dan berpikir multitasking, sehingga otaknya merasa dapat menyerap dan mengerjakan apapun. Berbeda dengan otak, badan fisik kita memiliki masalah dengan batasan waktu, ruang dan tenaga. Kita bisa saja membayangkan mengerjakan seluruh pekerjaan kita sendirian berikut juga hasilnya. Namun kenyataan, kita terbatas. Bisa jadi justru kita akan mendapatkan seluruh resikonya tanpa mendapatkan hasil. Cerita ini, mengingatkan kita untuk senantiasa berusaha fokus, realistis, dan tidak serakah dalam mengambil peran, apalagi berkaitan dengan hasil. Sikap meng-keep sendiri peran dan hasil justru akan dapat menjadi bumerang bagi diri kita. Jika si Jenaka itu cerdas lahir bathin, sudah barang tentu dia akan mengutus (mendelegasi) salah seorang anggota keluarga untuk ke salah satu kampung. Dengan demikian semua akan mendapatkan bagian. Jika tidak mau pun dia bisa tetap fokus salah satu undangan saja.Semoga kita tetap menjadi orang yang siap berbagi, fokus, dan menghindarkan keserakahan... Gumam sisi hati kirinya : "desa utara saja, tidak perlu nyeberang sungai, meski jarak lebih jauh"
Tukas sisi hati kanannya : "desa selatan hanya nyeberang sungai, jarak lebih dekat"
Begitulah pertempuran hatinya. Akhirnya otaknya pun ikut berbicara : "Bisa kok ikut dua-duanya, dapat dua takir lagi.. mantab itu. Datang dulu ke desa selatan yang dekat, nanti di tengah-tengah langsung minta pamit ke desa utara"
Rencana itupun berjalan. Namun ketika berjalan ke arah selatan, dia berpapasan banyak orang justru ke desa utara. Iapun menjadi risau. Ada apa di utara, jangan-jangan takirnya lebih banyak, karena yang di utara ini adalah orang yang amat kaya, sedang di selatan adalah orang biasa. Rencananya bubar. Diapun berjalan ke utara. Dengan bergegas-gegas, dia ingin segera datang ke utara. Namun benaknya memperingatkan lagi. "Selatan lebih dekat. Kau bisa ke selatan dulu, hanya butuh 15 menit. Ke utara 30 menit".
Kembali ia berlari ke selatan mengejar takir 'orang biasa'. Karena tergesa-gesa, justru ketika menyeberang sungai, dia terjatuh dan basah kuyup. Iapun harus kembali ke rumah berganti kain sarung dan kemeja, jalan lagi ke utara dengan bersepeda.. pertimbangannya "Selatan bahaya, ada sungainya gak bisa pake sepeda lagi". Rupanya dia tidak beruntung. Karena tergesa-gesa, sepedanya dibawa ngebut di tempat berbatu, dan bocorlah bannya. Sambil mendorong sepedanya, ia berlari. Berlari seperti apapun dengan membawa sepeda tentu tetap berat. Dengan perjuangan, ternyata menjelang sampai kampung sebelah, dia telah melihat orang-orang pulang dengan takir. Acara utara selesai. Ia pun langsung menghambur balik ke selatan. Dengan kecepatan tinggi dia bergegas ke penyeberangan sungai. Alangkah sialnya ketika dia melihat perahu-perahu eretan telah digunakan orang pulang kenduri dari selatan.
Si Jenaka gagal total
autopertamax
BalasHapuseh autopremium
BalasHapusfokus dapat pertamax, eh dapat premium juga
BalasHapuspremix juga ada
BalasHapuskelimax juga boleh
BalasHapusT__T
BalasHapusGa boleh serakah ya....
BalasHapusAduh masih kalap mata kalo belanja onlen hehe *pletaks
=||=||=||=||=||=||=||=||=||=||
BalasHapus||=||=||=||=||=||=||=||=||=||=
=||=||=||=||=||=||=||=||=||=||
||=||=||=||=||=||=||=||=||=||=
=||=||=||=||=||=||=||=||=||=||
||=||=||=||=||=||=||=||=||=||=
hahaha kalau saya ga bisa kalap karena nggak ada uangnya ahaha
BalasHapusemot apa kuwi
BalasHapusPagar MCK :D
BalasHapusharusnya mas Bimo yang dikirim yaaa :)
BalasHapusakeh banget pagernya? kotak MCK ne berapa?
BalasHapusjudulnya ganti si serakah lebih pas.
BalasHapustenin, M malah dadi pengen sego kenduren... ning kene ra ono besekan..
BalasHapustahukah mas Wieb bahwa tokoh di dalam itu adalah saya? hahahaha
BalasHapuscuma satu
BalasHapuscerita kui mbien entuk e seka cerita melayu jenaka. Tapi boleh lah tak ganti Si Jenaka yang serakah :D
BalasHapusmbiyen aku malah karo bapak nek ana kendurenan, teka wong loro...
BalasHapusautoserakah pol
TETOOOTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
BalasHapusEnek ingkunge ora kuwi?
BalasHapusKayaknya pernah baca juga ini om... soal cerita yang pake kenduri2 gitu :D
BalasHapusbambang yang dulu telah kembali.. LANJUUUT
BalasHapus*sing raja oot
ra ono, anane eyang kakung
BalasHapusjangan2 pernah ikut kenduri nin?
BalasHapusEmange mbiyene penampakan?
BalasHapusTETOOTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTTT
Selama iki lagi insap..
BalasHapusSaiki......mbalik sarap
Hahahahaa
jaman SD iyen, sik serakah dan nakal namanya Badu. sik apikan Arman dan Budi
BalasHapusautosesat ke jalan yang benar
BalasHapusnek sing adik jenenge Iwan. Nek wedok jenenge Ima atau wati
BalasHapusThanx
BalasHapussami sami bupeb
BalasHapusseneng banget sih wong siji ki tetat tetot
BalasHapussuara tetoooot ki kaya mobil polisi nek pengin njaluk dalan..
BalasHapusTeori2 Barat sudah banyak membahas dan mempraktekkan dua yang awal (berbagi/kontribusi, fokus).
BalasHapuskalau yang ketiga: waduh.