Mungkin posting ini adalah edisi autocurhat ataupun sharing, terserah yang menyerap.
Kita sering tahu kata-kata dari motivator-motivator : "Apa yang sepuluh tahun terjadi, bisa dilihat dari apa yang anda putuskan hari ini. Dan apa yang anda dapati hari ini, merupakan hasil dari keputusan beberapa tahun yang lalu". Setuju meski seperempatnya nggak..
Kemarin saya mendapatkan dua panggilan telepon dari orang yang sempat bekerja sama di masa lalu. Ternyata itu terbawa hingga waktu tidur dan terenungkan sejenak beberapa kenangan-kenangan tentang "hari ini" di satu tahun silam, dua tahun silam, tiga tahun silam dan seterusnya. Khusus untuk kasus yang saya renungkan adalah dalam tiga tahun terakhir ini.
Tiga Tahun Silam
Dua buah keputusan besar telah terbentuk tiga tahun silam, dimana salah satu dari keputusan itu benar-benar berbau blunder, karena imbasnya akan terkena pada keluarga. Satu keputusan lagi adalah sebuah keputusan tepat, dan memang sudah terencanakan satu tahun sebelumnya yaitu tahun 2008. Dua keputusan tersebut begitu berhubungan. Tentu sudah tertebak keputusan yang saya ambil tersebut adalah berhubungan dengan pekerjaan. Satu keputusan tepat adalah : saya keluar dari pekerjaan saya. Keputusan ini saya klaim tepat karena memang saat saya memutuskan besoknya terjadi restrukturisasi besar di ex-perusahaan yang imbasnya pada beberapa kompensasi yang saya dapatkan. Sedang keputusan salah saya adalah : saya salah mengambil sikap dalam menghargai diri sendiri dan memberikan peran terlalu besar pada pihak lain untuk ikut mengatur diri saya meski dalam lingkup sebuah kongsi. Itu adalah klaim saya yang sebagian orang memandang bahwa itu benar. Sebagian lain menganggap bahwa itu sekedar masalah kecocokan. Relativitas berbicara di sini.
Dua Tahun Silam
Sedangkan dua tahun lalu secara tidak sengaja terambil sebuah keputusan, bahwa saya tidak mengambil sikap sebagai reaksi atas situasi setahun yang ada. Tidak mengambil keputusan adalah keputusan. Maka nasib saya pun berubah semakin turun kondisinya. Mungkin bukti-bukti yang terpaparkan di depan mata saya masih belum cukup untuk menunjukkan betapa saya tidak tepat memberikan pihak lain peran terhadap saya.
Satu Tahun Silam
Satu tahun lalu, teriakan hati dari keluarga, dari teman-teman termasuk teman-teman MP masuk juga ke hati dan benak saya. Keputusan harus dibuat. Akhirnya keputusan yang terambil antara lain : saya akan meninggalkan ketidakcocokan, dan akan lebih banyak memberikan peran untuk diri sendiri berperan.
Nol Tahun Silam
Hari ini, renungan berkata bahwa ternyata keputusan yang saya buat setahun lalu sama sekali tidak salah. Ini tidak sekedar berbicara nasib yang dihubungkan dengan nominal uang. Namun lebih ke arah bagaimana menghargai dan tegas pada diri sendiri. Dimana satu tetes keringat jelas bisa jauh lebih bermanfaat untuk sekitar kita, daripada sekedar terbuang percuma masuk tempat sampah karena penjajahan oleh bangsa sendiri, yang gemar mengeksploitasi orang lain..
Semua manusia memiliki keputusan. Manusia juga bisa saja alpa atau salah. Kekecewaan hari ini akibat keputusan tahun lalu tentu bisa jadi penyesalan. Bagi orang realistis rasional, hal itu bisa menjadi cambuk dan premis mayor untuk mendukung keputusan lanjut di masa depan untuk lebih baik. Nasib ke depan, kita memang tidak tahu. Namun saya percaya bahwa apa yang dikatakan sebagai Sunatullah itu adalah realistis. Tidak melulu bersandar logika : "jika siapa berusaha maka dia dapat". Namun sepertinya perlu tambahan : ketegasan terhadap diri sendiri. Karena banyak kita temui seseorang berusaha namun yang dapat adalah orang lain. Contohnya adalah pada komik ini : http://theoatmeal.com/comics/tesla dimana seorang Tesla yang dieksploitasi oleh Thomas Alfa Edison.
Post ini, semoga berguna untuk mengingatkan diri dan berguna sebagai share bagi teman-teman. Mari mengambil keputusan, dan mari belajar autotegas menjalankannya
Autofinished!!
Kita sering tahu kata-kata dari motivator-motivator : "Apa yang sepuluh tahun terjadi, bisa dilihat dari apa yang anda putuskan hari ini. Dan apa yang anda dapati hari ini, merupakan hasil dari keputusan beberapa tahun yang lalu". Setuju meski seperempatnya nggak..
Kemarin saya mendapatkan dua panggilan telepon dari orang yang sempat bekerja sama di masa lalu. Ternyata itu terbawa hingga waktu tidur dan terenungkan sejenak beberapa kenangan-kenangan tentang "hari ini" di satu tahun silam, dua tahun silam, tiga tahun silam dan seterusnya. Khusus untuk kasus yang saya renungkan adalah dalam tiga tahun terakhir ini.
Tiga Tahun Silam
Dua buah keputusan besar telah terbentuk tiga tahun silam, dimana salah satu dari keputusan itu benar-benar berbau blunder, karena imbasnya akan terkena pada keluarga. Satu keputusan lagi adalah sebuah keputusan tepat, dan memang sudah terencanakan satu tahun sebelumnya yaitu tahun 2008. Dua keputusan tersebut begitu berhubungan. Tentu sudah tertebak keputusan yang saya ambil tersebut adalah berhubungan dengan pekerjaan. Satu keputusan tepat adalah : saya keluar dari pekerjaan saya. Keputusan ini saya klaim tepat karena memang saat saya memutuskan besoknya terjadi restrukturisasi besar di ex-perusahaan yang imbasnya pada beberapa kompensasi yang saya dapatkan. Sedang keputusan salah saya adalah : saya salah mengambil sikap dalam menghargai diri sendiri dan memberikan peran terlalu besar pada pihak lain untuk ikut mengatur diri saya meski dalam lingkup sebuah kongsi. Itu adalah klaim saya yang sebagian orang memandang bahwa itu benar. Sebagian lain menganggap bahwa itu sekedar masalah kecocokan. Relativitas berbicara di sini.
Dua Tahun Silam
Sedangkan dua tahun lalu secara tidak sengaja terambil sebuah keputusan, bahwa saya tidak mengambil sikap sebagai reaksi atas situasi setahun yang ada. Tidak mengambil keputusan adalah keputusan. Maka nasib saya pun berubah semakin turun kondisinya. Mungkin bukti-bukti yang terpaparkan di depan mata saya masih belum cukup untuk menunjukkan betapa saya tidak tepat memberikan pihak lain peran terhadap saya.
Satu Tahun Silam
Satu tahun lalu, teriakan hati dari keluarga, dari teman-teman termasuk teman-teman MP masuk juga ke hati dan benak saya. Keputusan harus dibuat. Akhirnya keputusan yang terambil antara lain : saya akan meninggalkan ketidakcocokan, dan akan lebih banyak memberikan peran untuk diri sendiri berperan.
Nol Tahun Silam
Hari ini, renungan berkata bahwa ternyata keputusan yang saya buat setahun lalu sama sekali tidak salah. Ini tidak sekedar berbicara nasib yang dihubungkan dengan nominal uang. Namun lebih ke arah bagaimana menghargai dan tegas pada diri sendiri. Dimana satu tetes keringat jelas bisa jauh lebih bermanfaat untuk sekitar kita, daripada sekedar terbuang percuma masuk tempat sampah karena penjajahan oleh bangsa sendiri, yang gemar mengeksploitasi orang lain..
Semua manusia memiliki keputusan. Manusia juga bisa saja alpa atau salah. Kekecewaan hari ini akibat keputusan tahun lalu tentu bisa jadi penyesalan. Bagi orang realistis rasional, hal itu bisa menjadi cambuk dan premis mayor untuk mendukung keputusan lanjut di masa depan untuk lebih baik. Nasib ke depan, kita memang tidak tahu. Namun saya percaya bahwa apa yang dikatakan sebagai Sunatullah itu adalah realistis. Tidak melulu bersandar logika : "jika siapa berusaha maka dia dapat". Namun sepertinya perlu tambahan : ketegasan terhadap diri sendiri. Karena banyak kita temui seseorang berusaha namun yang dapat adalah orang lain. Contohnya adalah pada komik ini : http://theoatmeal.com/comics/tesla dimana seorang Tesla yang dieksploitasi oleh Thomas Alfa Edison.
Post ini, semoga berguna untuk mengingatkan diri dan berguna sebagai share bagi teman-teman. Mari mengambil keputusan, dan mari belajar autotegas menjalankannya
Autofinished!!
BalasHapusKalo pada Nol Tahun silam sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa keputusan yg diambil pada Satu Tahun silam itu adalah tepat, maka jangan ragukan lagi dahsyatnya perubahan hidup yg lebih baik pada Satu Tahun yang akan datang.
BalasHapus*autuoptimis
Maturnuwun mas Iwan! Saya masih dalam tahap belajar tegas pada diri sendiri. Mari saling mengingatkan..
BalasHapusLha iki opo kasuse pancen mirip dg perang Edison vs Tesla?
BalasHapussedikit banyak menurut versiku ya kaya ngono mas.. :D
BalasHapusWah... miris banget no, lha yg diingat banyak orang krn dicatat dg tinta emas sejarah penemuan itu Edison je.
BalasHapusada rujukan lumayan juga iki mas: http://en.wikipedia.org/wiki/War_of_Currents
BalasHapusSemoga awake dewe adalah tergolong orang yang bisa bermanfaat bagi orang lain dan bisa menghargai peran orang lain...
Dah denger lama kalo Tesla dipecundangi kapitalis Edison. Maling cen!
BalasHapusHormat Untuk Tuan Tesla;
Memang seru.. peperangan ide arus AC dan DC ini yg hampir gak dibahas di buku-buku pengetahuan umum atau paling tidak menjadi contoh kasus dlm ilmu manajemen organisasi.
BalasHapusLha ini kalo Edison gak mengakui kelemahan skill-nya dlm menangkap ide Tesla, kemungkinan perang itu gak akan berhenti. Black campaign yg dilakukan Edison guna mengalahkan teori Tesla itupun juga banyak makan korban.
Sambil buffering... Sambil mempelajari.. aja nganti dadi kaya Tesla, apa lagi Edison tukang exploitasi, dan ternyata tidak hanya Tesla korbannya
BalasHapusAku lagi krungu lagune "Edison's Machine" iki. Seingatku Tesla itu seangkatan dg Cinderella, Bad English, Skid Row :)
BalasHapuskapitalis, pembeli lebih dari seribuan hak patent. bahkan ga sedikit para inventor kulit hitam amrik yg dibeli murah karya temuannya. mereka dapat duit dikit, namapun tak masuk sejarah.
BalasHapus'Potensi' Tesla yang terbaca oleh Edison adalah : dia seorang geeks. Biasa to mas nek wong teknis itu kurang menghargai karya sendiri karena berpikir hal itu mudah bagi dia.
BalasHapusLove Song :D Tesla
BalasHapusYa bung. Jaman2 hair band. Tapi kalah tua dari Skid Row yg jadul.
BalasHapusBudaya borjuis/penghisapan berkembang di industri kita lho cak.. Harapanku, kalangan kreatif dan teknis di industri apapun di negeri kita, adalah orang yang sanggup berkata 'tidak'.
BalasHapusDadi kelingan kasus banyak lagu termasuk Iwak Peyek. Klaim mengklaim tanpa malu sudah umum.. Bahkan mbiyen ana sing ngaku-ngaku penemu lagu darah juang.
BalasHapussopo? kamplengi wae!
BalasHapusBaca Juga http://en.wikipedia.org/wiki/Edwin_Howard_Armstrong
BalasHapusTRAGIS, seorang penemu gelombang FM yang harus kalah oleh perusahaan. Howard Armstrong tidak berhak mendapatkan royalti. Dia bunuh diri.. Sayang sekali KEPUTUSANNYA..
Orang yang tidak mengambil keputusan akan menjadi obyek bagi keputusan orang lain, namun beda dengan kasus Howard Armstrong ini
Pasca reformasi aku maca nang KR.. Lha ya langsung digerudug KPRP/PRD
BalasHapusBudaya penghisapan oleh kapitalis itu terus berkembang.
BalasHapusSejarahnya dulu, Tesla nemuin mobil listrik yg gak pake battery, tapi pake ether. Proyek baru mulai jalan, eh... ditelikung Rockefeller cs; krn bila mobil listrik gak pake BBM, maka perusahaan minyak Standard Oil-nya bisa bangkrut. Henry Ford juga gitu, ikut ngedukung Rockefeller, krn si Henry memproduksi mesin2 mobil yg menggunakan BBM. Intinya kalo mobil listrik Tesla yg anti polusi itu berhasil mendunia, maka kedua raksasa industri itu bakal bangkrut. Mereka punya saham di media, mudah baginya untuk mem-black campaign Tesla, dan membunuh idenya.
Lha sekarang... patut dicurigai bila ada temuan2 baru yg ramah lingkungan tapi tersendat proyeknya, bahkan mati.
meski keduanya belum lahir pas lagu ini diresmikan sebagai Himne FKMY, yo gpp lah.
BalasHapusmaklum mas, hubungane karo minyak sing bisa dialaskan 'unrenewable' sebagai alasan untuk dimainkan harganya...
BalasHapussetidaknya mereka menjaga ke'angker'an lagu ini..
BalasHapusBelum lama ada aliansi mhs indonesia meolak lsm asing demo. mereka menolak GREENPEACE. Bisa ditebak, siapa yg ada di belakang mhswa tersebut?
BalasHapusMahasiswa bayaran ini lupa sejarah 98 kenapa Soeharto dilengserkan. Demonstran yg dibac-up kapitalis ini ga beda ma cecunguknya Rockefeller dan dark masonic lainnya.
skrng kl boleh autotahu, mas bimo aktivitasnya apa? (selain auto mp)
BalasHapuskalau pekerjaan hampir sama. Tetapi berkecimpung di bidang teknologi informasi, pembuatan aplikasi, jasa IT dll. Hanya saja dengan posisi peran (dan tentunya pembagian hasil) bisa lebih menentukan sendiri. Untuk kali ini freelance. Tiga tahun lalu,pasca keinginan resign saya tercium beberapa orang,diajak berkongsi, namun ternyata porsi kerja berbeda, porsi resiko berbeda, dan porsi share sama saja. Sementara bagian teknis pasti akan menjadi bagian tereksploitasi
BalasHapus*automoco*
BalasHapus*automengong*
aja kakehan mengong, mengko kelakon lho
BalasHapusAku wis mengong kok
BalasHapussaya suka quote ini, banyak sekali terjadi di sekitar kita, mungkin juga termasuk saya...
BalasHapusklo kata Andrea Hirata: TUHAN tahu tapi menunggu....
BalasHapussemoga kang Bimo bs menjadi lebah yg akan memberikan dimanapun dirimu hinggap...
*sok bijak hehe...
jadi kapan kita ke Malesa, Singapura dan Vietnam? minimal di titik perbatasan 3 negara itu waelah..
BalasHapusapa wis telung taun yah
BalasHapusmadu.... aamiin
BalasHapusmaturnuwun mas, amien... hidup freelancer :D
BalasHapushmm kadangkala dirimu bisa bener-bener keren seperti ini :D.. hahaha
BalasHapusTQ brow..
bar lebaran po
BalasHapus*lebaran kapan
telung taun sing endi? nek seka sing lama ya telung tahun. nek seka sing wingi ya ming setahun
BalasHapusamiin juga buat om wib juga..
BalasHapussek, kayane keren nek anak keduaku sesuk nama tengahnya ada 'tesla'nya..
BalasHapus:P
Nama itu adalah doa. Semoga secerdas Tesla, tapi tidak sesial dia. :D
BalasHapusnek rasane ayem saiki apa ndisek kang?
BalasHapusayem saiki, karena segalanya bisa kita tentukan sendiri. Lha tinimbang misuh wis mengikuti sop dll jebul e ra dibayar kan ruwet :D
BalasHapusnah..sing penting kuwi kok....ayem
BalasHapusaku dadi kelingan, ana kenalan petani nang daerah kledung temanggung, deweke mbiyen kerja keren nang jakarta. ning milih bali dadi petani merga menang ayem
BalasHapusayem kuwe memang ra bisa di tuku kok.....
BalasHapusbetul kang, kadang ana wong sugih malah ra ayem. kadang juga ra duwe duit malah ayem. Nanging kadang ayem juga ki dihindari, kadang para pencari tantangan juga golek ora ayem..
BalasHapus