Jumat, 15 Januari 2010

[Renungan malam]Sudahkah Kita Berbuat Adil?

Adil, adalah memberikan sesuatu pada porsinya. Adil, adalah kata yang sering kita teriak-teriakkan. Keadilan, kata kita.. Mana keadilan, kata kita ketika kita sedikit merasa tidak senang pada perlakuan orang, dan lantas kita berusaha membuat posisi kita pada keadaan menjadi korban (jadi korban kok senang).

Kita juga sering mengatakan ketidakadilan pemerintah, karena kita mungkin tidak bisa mendapatkan fasilitas yang dapat dimiliki oleh saudara kita yang lain. (kesempatan korupsi kali ya). Kita teriak anti korupsi. Namun dipercaya waktu satu menit saja kita sudah tidak dapat dipercaya..

Kita tidak adil juga terhadap opini kita sendiri. Tatkala kita merasa bahwa salah seorang dalam sebuah kelompok yang kita benci setengah mati melakukan kesalahan, kita lantas berbahagia dan menyebarkan bukti itu pada orang lain dimanapun. Dan ketika kelompok kita sendiri yang terlibat kesalahan, buru-buru mencari kambing hitam.. (padahal adanya domba putih), mencari alasan supaya dikasihani (kasihan amat), dan kalau masih bisa ya menyembunyikan diri.. Dengan ketidak adilan itu kita memang terlihat pengecut

Kita juga sering menuduh, bahwa Polisi atau penegak hukum adalah mataduitan dan tidak obyektif dalam tugasnya. Sering menerima suap menurut kabar yang kita sebarkan. Namun kadang kita sendiri yang aneh, untuk keselamatan kita sendiri kita harus diatur disuruh pake helm, sabuk pengaman, dan ketika kita ditilang karena tidak menggunakan itu, kita tawarkan damai karena malas ngurus macam-macam (alasannya polisi suka mempersulit). Setelah "damai" kita pun sampai rumah marah-marah dan menyebarkan pada semua pihak bahwa Polisi itu cuma cari uang di jalan.. Sudahkah kita adil?

Kita juga tidak adil pada keadaan. Kita terlalu merasa bahwa kita rakyat itu yang benar. Hingga akhirnya sosok yang kadang kesalahannya tidak jelas, menjadi cercaan yang amat besar gara gara opini publik yang menyeretnya. Misal semua orang sekarang benci Anggodo, tapi hampir 100% kita tanya kesalahannya, glagepan tidak bisa menjawab, harus browsing dulu baru bisa jawab tanpa bukti.

Kita juga terlalu mudah membaca kulit dan akhirnya menyalahkan orang. Siapapun yang sudah membaca Gurita Cikeas, tentu akan sadar bahwa buku itu juga cuma buku jualan. Namun siapa yang membaca sampulnya saja, akan segera meletakkan posisi ekstrim, entah mendukung atau menolak. Kita tidak adil dalam mengambil sikap..

Kita pun selalu merasa pintar dan benar sendiri. Dengan konsep kita, kita merasa tak ada yang lebih baik dari kita. Omongan orang lain buang saja lah.. Dan ketika melihat kenyataan bahwa orang lain lebih dipakai dari kita, kita kalangkabut mencari cara menipu diri agar kita tetap memiliki alasan bahwa kita yang paling benar, paling tahu..


Siapapun telah diberi kepercayaan oleh Tuhan. Kepercayaan yang utama adalah keadilan.. Syarat pemimpin yang utama adalah adil.. Kita semua pemimpin bagi kita dan orang lain.. Semoga mulai malam ini kita bisa lebih banyak berbuat adil, dan menuju keadilan..


renungan malam
16 Jan 2010
01:00 AM

27 komentar:

  1. nek aku, mimpin awake dhewe susah mas..opo neh mimpin wong liyo..duh..*mendadak cenut2, renungannya terlalu berat*

    BalasHapus
  2. beraaaattttt..... *aku belajar berbuat adil kepada diriku sendiri dulu saja laahh... itu kadang2 dilupakan justru kang...

    BalasHapus
  3. weehh toosss!! kok le komen meh podo2 koyo nggonmu yuuu... kwkwkwkwkwkw

    BalasHapus
  4. Dulu waktu pernah kerja di telkom (2001-2002), Manajer HRD-nya punya nama yang unik dan aneh, "Slamet Adil Makmur", tapi itu juga bukan jaminan buat berlaku adil lho...

    * Duh, maap kalo OOT yak...

    BalasHapus
  5. Aku adil ama diri sendiri dulu deh, jadi terpaksa tidur dulu ni maap yaaaa mbesuk pagi bertugas jeh heheeee

    Zzzzzzzzzzz...

    BalasHapus
  6. saya udah adil lom ya ...semoga ajahh

    *Like this blog*

    BalasHapus
  7. mungkin mergo akeh pulisi sing mempermudah sistem damai dijalan mas dadine opini seperti itu tetap terbangun dalam masyarakat,..

    BalasHapus
  8. nice posting,,,,,
    manggut-manggut saja buat sementara :D

    BalasHapus
  9. Renungan ini muncul karena dua hal mbak...

    Seorang teman kena tilang dan marah marah karena dia harus nyogok polisi

    dan

    Saya ditanya teman: "Anggodo salah apa" ketika saya ikut-ikutan ngobrol kasus berantai Century

    BalasHapus
  10. nah itu juga yang terjadi di saya.. malam tadi saya baru mikir... "aku ra ngerti kasus century kok yo melu ngamuk2" gara gara opini publik yang terbangun di media massa

    BalasHapus
  11. Lho mas.. semua nama itu baik.. yang nggak baik itu orangnya hahahah.. Nama adalah pengharapan.. pengharapan adalah doa.. Sayang sekali doa orangtuanya belum dapat dikabulkan karena suatu hal :D

    BalasHapus
  12. hihihi bener mbak.. tapi tadi malah saya habis posting langsung bobok kok, mencoba adil pada keluarga ketika anak saya nangis semalam :D

    BalasHapus
  13. Matur nuwun mas, nek saya memang belum bisa adil... makanya ya saya belum lulus dari ujian sebagai kepala rumah tangga dulu

    BalasHapus
  14. menyimak opo mengkomentari dengan tulisan menyimak hahahah

    BalasHapus
  15. bener kang.. memang kabeh e tidak lepas dari sistem yang lain.. berkaitan erat. Nuwun sewu wae ono kanca sing kudu dadi polisi dengan membayar sejumlah uang.. Njur mesti polisi juga mikir kepengin balik modal.. dan dia memiliki cukup bukti bahwa "damai" jadi polisi bisa membuat cepet balik modal, karena masyarakat berpotensi ke arah itu...dan kita mempermudah proses itu

    BalasHapus
  16. ya itu mas.. postingan orang ngantuk menjelang tidur kadang rodo ngelantur :D

    *sok bertausiah hihihi

    BalasHapus
  17. terutama kayak saya yang seneng berdamai hahahaha

    BalasHapus
  18. Kebanyakan orang menilai keadilan dengan parameter subjektif ..
    *Kita harus terus mengasah empati .. TFS.

    BalasHapus
  19. matur nuuwn juga sharingnya.. itulah yang susah.. terutama ketika kita sudah mencapai posisi DEFENCE untuk menerima kebenaran yang datang dari tempat yang berbeda.. kita benar benar menjadi orang yang super subjectif

    BalasHapus
  20. *wah mocone awan, perlu ngenteni mbengi ra kih?*

    kadang. rasa 'tresno' bikin kita ga bisa buat adil... suka ngasih porsi lebih buat yg kita tresnani.. adil ga tuh?

    BalasHapus
  21. leres banget nduk.. rasah nyindir aku seneng karo Multiply

    BalasHapus
  22. ora nyindir wes kesindir dewe kok..

    BalasHapus
  23. Ini pertanyaan yang sudah tuaaa betul.
    Wis ewon2 taun wong takon perkara adil iki.

    BalasHapus
  24. walah malah tak tinggal bobok ngantian

    BalasHapus
  25. betul.. dan kita tetap tidak mau adil :D

    BalasHapus