Sabtu, 17 Juli 2010

Inilah cerita keluh kesah seorang warga

VIVAnews -Hendra NS, seorang warga Cibubur, berkeluh kesah soal rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  yang kadang bikin macet  jalur tol Cibubur. Dia juga mengeluhkan perlakuan salah satu oknum Patroli Pengawal (Patwal) Presiden, yang menurut Hendra main hardik sebelum Presiden lewat.

Hendra menulis semua keluh kesahnya itu di Harian Kompas, Jumat 16 Juni 2010. Ini versi lengkap surat itu.

Trauma oleh Patwal Presiden

Sebagai tetangga dekat Pak SBY, hampir saban hari saya menyaksikan arogansi Patroli dan Pengawalan (Patwal) iring-iringan Presiden di jalur Cikeas-Cibubur sampai Tol Jagorawi. Karena itu, saya --juga mayoritas pengguna jalan itu-- memilih menghindar dan menjauh bila terdengar sirene Patwal.

Namun, kejadian Jumat (9/7) sekitar pukul 13.00 WIB di Pintu Tol Cililitan (antara Tol Jagorawi dan tol dalam kota) sungguh menyisakan pengalaman traumatik, khususnya bagi anak perempuan saya. Setelah membayar tarif tol dalam kota, terdengar suara sirene dan hardikan lewat mikrofon untuk segera menyingkir. Saya pun sadar, Pak SBY atau keluarganya akan lewat. Saya dan pengguna jalan lain memperlambat kendaraan, mencari posisi berhenti paling aman.

Tiba-tiba muncul belasan mobil Patwal membuat barisan penutup semua jalur, kira-kira 100 meter setelah Pintu Tol Cililitan. Mobil kami paling depan. Mobil Patwal yang tepat di depan saya dengan isyarat tangan memerintahkan untuk bergerak ke kiri. Secara perlahan, saya membelokkan setor ke kiri.

Namun, muncul perintah lain lewat pelantam suara untuk menepi ke kanan dengan menyebut merek dan tipe mobil saya secara jelas. Saat saya ke kanan, Patwal di depan murka bilang ke kiri. Saya ke kiri, suara dari pelantam membentak ke kanan. Bingung dan panik, saya pun diam menunggu perintah mana yang saya laksanakan.

Patwal di depan turun dan menghajar kap mesin mobil saya dan memukul spion kanan sampai terlipat. Dari mulutnya terdengar ancaman, "Apa mau Anda saya bedil?"

Setelah menepi di sisi paling kiri, polisi itu menghampiri saya. Makian dan umpanan meluncur tanpa memberi saya kesempatan bicara. Melihat putri saya ketakutan, saya akhirnya mendebatnya. Saya jelaskan situasi tadi. Amarahnya tak mereda, malah terucap alasan konyol tak masuk akal seperti "dari mana sumber suara speaker?", atau "mestinya kamu ikuti saya saja", atau "tangan saya sudah mau patah gara-gara memberi tanda ke kiri".

Permintaan saya dipertemukan dengan oknum pemberi perintah dari pelantam tak digubris. Intimidasi hampir 10 menit yang berlangsung tepat di depan Kantor Jasa Marga itu tak mengetuk satu pun dari anggota Patwal lain yang menyaksikan kejadian itu. Paling tidak, menunjukkan diri sebagai pelayan pelindung masyarakat.

Karena dialog tak kondusif, saya buka identitas saya sebagai wartawan untuk mencegah oknum melakukan tindak kekerasan. Ia malah melecehkan profesi wartawan dan tak mengakui perbuatannya merusak mobil saya. Identitasnya tertutup rompi. Oknum ini malah mengeluarkan ocehan, "Kami ini tiap hari kepanasan dengan gaji kecil. Emangnya saya mau kerjaan ini?"

Saat rombongan SBY lewat, ia segera berlari menuju mobil PJR-nya, mengikuti belasan temannya meninggalkan saya dan putri saya yang terbengong-bengong.

Pak SBY yang kami hormati, mohon pindah ke Istana Negara sebagai tempat kediaman resmi presiden. Betapa kami saban hari sengsara setiap Anda dan keluarga keluar dari rumah di Cikeas. Cibubur hanya lancar buat Presiden dan keluarga, tidak untuk kebanyakan warga.

HENDRA NS
Cibubur





Kira-kira di sana kayak apa ya? orang saya saja dari arah Gejayan Jogja mau ke Condong catur, di RingRoad utara harus tercegat dan sama sekali berhenti untuk selama 4 kali lampu merah lebih hanya untuk nunggu RI 1 RI 4 dll itu.

Ternyata untuk Presiden yang homesick memilih tinggal di rumah, rela mengorbankan ribuan rakyat berpanas-panas ditambah teriakan serdadu. Ealaaah punya presiden yang dibanggakan Andi Malarangeng sebagai satu-satunya presiden yng bukan dari produk kecelakaan sejarah,kok ya masih belum peka...

29 komentar:

  1. saya lebih condong begini Mas Bimo....tak apalah SBY bolak - balik cikeas tapi sama berposisi sebagai pengguna jalan yang sama - sama bayar pajak, kalau macet ya macetlah, kalau harus ketemu lubang di jalan ya sama ketemu lubang di jalanlah, kalau antri lampu merah ato loket toll ya ikut antrilah....and tak lagi terlalu over dengan 'patwal' nya itu......

    BalasHapus
  2. Hiks, negeri ini presidennya beneran si lebay yaaa....

    BalasHapus
  3. ya ampuun.... beneran kek emak emak deh presiden kita. Cisss..... udahlah sukanya curhat, homesick pulak. Ngalah ngalahin emak emak deh.

    BalasHapus
  4. Doain aja Om Beye cepet masup surga, juga para pembentak rakyatnya...

    BalasHapus
  5. wakakakakakak... ini paling tepat perumpamaannya...

    BalasHapus
  6. Setuju mas.. dan sekarang kita juga mengerti mengapa ada rumah dinas dan istana. Justru bisa digunakan untuk mempermudah dan efisiensi semuanya

    BalasHapus
  7. doa yang bagus sekaligus mengharap ....:D

    BalasHapus
  8. jangan keras-keras, nanti saya set edit postingnya jadi contact only :D

    *takut diculik

    BalasHapus
  9. Oalahhhh hmm....
    Postingan yg bikin senep :D

    BalasHapus
  10. owalaaaahhhh..... iki toh mas postinganmu sing marai oknum cetingan mlipir. Rumangsane nek wes patwal ngonon kuwi sakti digdaya mandraguna yak'e.

    BalasHapus
  11. mas,mas.... iki mau dibahas neng Metro Pagi! Aku nyetel TV kok ndilalah pas iki dibahas.

    BalasHapus
  12. ganti patwalnya....siapa pun presedennya patwalnya tetep yg dulu....

    BalasHapus
  13. padahal sekarang se Indonesia nyenepin hahahaha

    BalasHapus
  14. dia cuma orang jurkam kok lik... ming kemaki, anggota wae dudu, ming ya merasa partainya jagoan dia merasa kemana mana didukung sama pak presiden

    BalasHapus
  15. aku lagi tangi turu he, waduh ono ulangan e ra yo...


    *golek nang yutup

    BalasHapus
  16. kecuali masa kampanye, patwal e satgas heheheh

    BalasHapus
  17. postingan iki to sing marakne awakmu diancam, mas ?
    hihihihihi .. ^^

    BalasHapus
  18. ngancam nganggo nada sok bijaksana sok banget, lha karo preman kampung wae kalah gertak kok arep nggretak

    BalasHapus
  19. kan muridnya suharto, jadi coba bertahan tinggal di rumah kek gurunya dulu

    BalasHapus
  20. Presidene emang nyebai, mangan penak ngomong penak tanggung jawab urusan bawahan

    BalasHapus
  21. takut dia sama hantunya pak karno

    BalasHapus
  22. jangan-jangan, kakehan lombok mulane lombok entek njur larang

    BalasHapus
  23. iyo lombok larang seketewu sak kilo, aku kere ra iso tuku sego mangan sambel terus wkwkwkwkwk

    BalasHapus
  24. kancaku , bapake e nate tani lombok, menjadi malas, karena pas panen lombok bisa bisa hanya 200 rupiah per kilo.. wedew.. medeni to..

    siap siap wae setelah buah china masuk, petani akan dipukul beras china, pupuk dijadikan bahan pemasukan negara.. bukan lagi penjamin pangan rakyat

    BalasHapus
  25. permainan harga ncen medeni dab, yo kuwi anehnya di petani dihargai murah dijual neng pasar seubun2, kadang stok lancar, gara2 isu TDL naik neng tengkulake diunggah2ke, petani iso nyetok okeh dirego murah, nyetok sithik ora diangkut...

    BalasHapus