Rabu, 04 Agustus 2010

Menjelang Kesulitan PANGAN

INDONESIA, konon semasa kecil saya diajarikan bahwa negara ini adalah negara AGRARIS. Apa itu agraris? Konon adalah negara dengan matapencaharian terbanyak adalah bertani. Saya ingat sekali, jaman Orde-ordean dulu itu, ada program yang sebenarnya cukup bagus untuk memfokuskan suatu tatanan kerja dalam tahap-tahap dimana satu tahapnya adalah lima tahun..

Pelita I Rehabilitasi Ekonomi Khususnya Untuk Mengangkat Hasil Pertanian Dan Penyempurnaan Sistem Irigasi Dan Transportasi, Tujuan Menaikkan Taraf Hidup Masyarakat


Pelita II Peningkatan Standard Hidup Bangsa Indonesia Melalui Sandang Pangan Dan Papan


Pelita III Peningkatan Standard Pertanian Untuk Swasembada & Pemantapan Industri Yang Mengelola Bahan Baku Menjadi Bahan Jadi


Pelita IV Peningkatan Standard Pertanian Untuk Swasembada Pangan Dan Peningkatan Industri Untuk Memproduksi Mesin Ringan / Berat


Pelita V Peningkatan Standard Sektor Industri Dengann Pertumbuhan Mantap Di Sektor Pertanian


Pelita VI Proses Tinggal Landas Menuju Terwujudnya Masyarakat Maju Adil Dan Mandiri


Konon seperti itu.. Jadi Orde yang lampau, telah terlihat betapa pemerintah berkonsentrasi pada bidang pertanian, terutama PANGAN ini.


Orde Baru, runtuh tahun 1998 di tangan rakyat. Segala sesuatu yang berbau korupsi, kolusi dan nepotisme serta berbau Suharto disikat massa. Bahkan putra BJ Habibie yang sedang menjabat salah satu instansi produk nasional saja juga harus turun karena disinyalir KKN tersebut. Sayangnya tidak pandang bulu, segalanya disikat. Termasuk Program-Program Pelita ini juga disikat.

1998-1999 rakyat kebingungan, cari uang susah, cari makan susah, cari kerja susah.. yang ada malah orang di PHK. Akhirnya rakyatpun dalam euforia massa kebebasan mereka mencanangkan secara pribadi untuk berbisnis sendiri mulai jualan, brokeran dan lain sebagainya. 2000 dan seterusnya masyarakat mulai bangkit, jualan kaki lima di mana-mana tidak ada aturan sama sekali, lapak-lapak pinggir jalan terdapat di semua sudut.. Hingga akhirnya sekitar tahun 2001 masyarakat pun mulai banyak beranjak dari bekerja neraka menjadi bisnisman

Bekerja neraka? Apa itu? PETANI. Kira-kira sejak saat itulah para petani mulai tidak mendapatkan perhatian dari atas. Sekarang? Jauh lebih payah. Harga pupuk, insektisida dan semua alat pendukung pertanian mahal.. Pacul saja harganya 165-300 ribu. Pupuk Indonesia yang buruk yang dibuat dari `senjata` anorganik itupun dijual amat mahal.. Petani dijadikan KOMODITI tujuan dagang. Pupuk bisa dijual menguntungkan, presidenpun bangga dengannya. Petani menjerit, peduli amat, yang penting negara untung sesaat, bisa ngomong ke rakyat, kalau ada pemasukan..

Belakangan ini, kita menghadapi beberapa isu mengkhawatirkan, mulai dari mahalnya cabe yang akhirnya diberikan solusi bijak : "Kalau susah cabe ya hemat cabe", sampai mahalnya dan bakal susahnya beras, yang langsung diberikan solusi :"Gerakan tidak makan nasi satu hari untuk satu minggu".. Kasarnya:"susah nasi ya kurangi makan nasi".. Bukan terus petani diberikan insentif, pembinaan seperti dulu, kemudahan pupuk, insektisida atau yang lainnya. Petani bahkan mulai diancam dengan adanya jenis hasil bumi impor. Seperti: jeruk china, apel, telur palsu china (cino edan, telur saja dipalsu), dan terakhir adalah isu beras 2500 rupiah.. Gila.. secara harga, rakyat bisa makan sekarang, tapi kita tidak pernah tahu apa kandungannya.. Jangan-jangan bisa membikin dungu seperti *** (Sensor). Saya pernah bertanya pada seorang dosen UGM:"Pak gimana pak menurut bapak produk2 impor itu?" Jawabnya adalah:"Ya biarkan saja toh, yang penting masyarakat bisa makan.. "

Innalillahi.. sebuah lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi pangkal berpikir secara idealis.. justru mengajak berpikir pragmatis.... Gejala apa ini? Mau jadi apa mahasiswa-mahasiswa kita ini yang diajar mereka? Jawaban seorang doktor yang kalau oleh pedagang buah di daerah Kamdamen:"Mas, mbak, saya sarankan jangan membeli yang China. Kalau beli yang China, saya juga untung besar sebenarnya, tapi kasihan petaninya"..

Satu isu dari http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4055198.. benar tidaknya monggo dicek sendiri. Jika memang benar seperti itu.. Siap-siap yang perutnya gendut sedia banyak batu dan pasir untuk menggantikan nasi.. Bagi yang perutnya kurus, siap taruh batu yang diganjal di depan perut.. untuk menahan lapar..

Berhati-hatilah, karena pemilik keputusan sepertinya sedang frustasi dengan solusi yang akhirnya solusinya bukan menambah beras tapi mengurangi konsumsi beras. Ah, bapak ibu ini, memangnya kita ini kalian yang bisa tiap hari makan tiga kali, tanduk lagi..Kita sudah lama tuh mengurangi nasi.... Bilang aja: Ah rakyat kamu itu ngrepoti, nggak ada beras ya udah mati aja, biar nggak merengek lagi.. Boro-boro bisa ada target rakyat lepas dari kemiskinan.. Mikir permasalahan petani saja otaknya cunthel.. dungu naudzubillah

Ah andai.. tiap tahun ada PEMILU.. tentu rakyat segar bugar..


Selamatkan Pertanian Indonesia..

22 komentar:

  1. dan saya juga sempet mendapatkan pelajaran bahwa ENDONESYAH adalah negeri kepulauan berujud nusantara, yang lebioh dikenal dengan sebutan negara maritim. Apakah itu maritim....???? :(

    BalasHapus
  2. Mari ngetim saja timbang ngliwet, banyakin airnya biar keliatan nasinya banyak.. Heheheh maritim di googling we

    BalasHapus
  3. kemarin diberi kesempatan gendut nggak dimanfaatin .. hahahhaha.. gampang kok mas, besok ada batu yang bisa bikin awet kenyang

    BalasHapus
  4. wah enak nan lho sega tim ki Lik Bimmm.... :)

    BalasHapus
  5. Indonesia indonesia malang niat nasibmu. kelihatan sdh banyak demo, tulisan, seminar dll yang memberikan warning tentang hal ini termasuk di tuklisan tentang peta keamanan pangan tapi masih saja belum ada aksi nyata apakah mesti menunggu ada yang meninggal baru tersadar.

    BalasHapus
  6. Enak meneh dilawuhi daging KEBO

    BalasHapus
  7. menunggu revolusi mas.. sepertinya susah untuk sekarang kembali.. karena yang diatas sana merasa sudah tidak perlu lagi berbuat banyak untuk memperpanjang dirinya terpilih pemilu lagi... saat ini yang saya pikirkan adalah bagaimana LAWAN

    BalasHapus
  8. Masih haus akan UANG.... Semoga suatu hari "mereka" sadar kalo mereka tidak bisa makan UANG.... Semoga belum terlambat.....

    BalasHapus
  9. mereka enak mas, dapat uang, turun tahta , minggat.. kita, melongo

    BalasHapus
  10. Dulu ada slogan para aktivis 98 untuk potong satu generasi!
    Dan karena gagal, ya jadinya reformasi jadi setengah hati. Indonesia masih dikuasai para orang tua yang udah terkontaminasi virus orba. mo apa lagi?

    BalasHapus
  11. nak kalau dulu ORBA, kalau sekarang NAK-ORBA (anaknya orba)

    BalasHapus
  12. Oh baru tau aku mas, maritim itu singkatan mari ngetim haha... Aku makin bingung. Rakyat ketakutan elpiji 3 kg tp minyak tanah mahal, eh ini beras malah mau dikurangi. Haduh2 rumit.

    BalasHapus
  13. saya heran gini.. mengapa sih Solusinya adalah berhemat.. kalau kita tidak punya uang, berhemat tidak akan menambah uang.. mbok ya yang cerdas gitu ya.. Pertanian ditingkatkan gimana caranya.. saya lihat Bangsa ini akhir akhir ini tidak serius membentuk bangsa ini.. kita seperti sedang diurusi oleh sebuah manajemen perusahaan nggak jelas

    BalasHapus
  14. tahukah anda, kecamatan borobudur adalah kecamatan termiskin ke-3 sejawa tengah, padahal disana berdiri megah borobudur yg jadi magnet dunia, tp tahukah anda kalau penghasilan borobudur itu masuk kantong pemerintah pusat? pemerintah daerah apalagi rakyat diseputaran borobudur hanya bisa mlongo.

    emang ajaib pemerintah indonesia :lol:

    BalasHapus
  15. mmmhhh jadi inget lagi repelita..
    tiap tahun ada pemilu? ga deh ya..

    BalasHapus
  16. dan tahukah anda, rakyat papua yang miskin minta ampun, sementara disana ada tambang emas terkaya di dunia? emas yg membuat pejabat jakarta kaya raya dan amerika semakin kaya?




    (jangan bilang itu bukan alasan yang tak cukup untuk ingin merdeka)

    BalasHapus
  17. goleko tanah nang jogja, mesti jejer2 e sing tuku ORANG JAKARTA

    BalasHapus
  18. karena kenyataan mbak bahwa Rakyat dicintai ketika pemilu :(

    BalasHapus
  19. SDM : kita
    SDA : kita
    Keuntungan : Asing dan segelintir pemilik saham

    Tahukah anda semua bahwa kalau dari Timika Asmat via laut, anda akan melihat gebyar pelabuhan Freeport yang tambang dari gunung jayawijaya langsung disalurkan via terowongan bwah tanah yang hebat, dan keluar langsung pelabuhan.. Padahal pelabuhan Pomako Timika keadaannya : Parah.. Begitulah kekayaan kita disedot

    BalasHapus
  20. Emang udah parah bgt nih kebobrokan pemerintah kita, masa ia ada yg bilang 1 cabai harga nya seribu. Keterlaluan. Semalem di tv one ada pak effendi gazali yg rekomendasiin buku "Pak Beye dan istananya" hehehe menarik bgtz tu kaya nya.hunting aaaahhh

    BalasHapus
  21. Salah satu yang saya khawatirkan adalah, kepentingan Golongan.. Pemerintah sudah tidak merasa perlu serius untuk mempertahankan eksistensinya, karena pucuknya merasa sudah mencapai jumlah maksimal terpilih dalam pemilu. Jika itu yang terjadi, kelak rakyat Indonesia harus bersatu untuk memilih presiden hanya satu kali terpilih meskipun dia bisa terpilih dua kali.. Maka dari itu saya sering ber-andai.. Ah kalau tiap tahun ada Pilpress dan PilLeg.. hahahahaa.. Saya coba hunting juga ah, makasih infonya ya mbak

    BalasHapus