Depan kantor bappeda Asmat, adalah bekas tempat tinggal WaBup Asmat yang terbakar. Kayu besi kalau terbakar akan mencapai suhu yang sangat tinggi.. Dan karena disana jarang air, kalau terbakar ya dibiarin saja mas...
Ya monggo tinggal disini :D tapi tidak ada AC.. Oh ya tanah berawa ini rawan sekali dengan nyamuk malaria. Disana hampir semua orang kena malaria. Pesan saja mas..kalau disana jaga kondisi hehehe
betul mas, hampir seluruh asmat adalah rawa. terlihat juga dari pesawat kalau kita pakai twin otter, bahwa hutan-hutan yang gede itu juga berawa rawa. Maka beberapa distrik juga masih banyak orang yang tinggal di atas pohon
Tks Mas Bimo, bisa ikut jalan-jalan ke Agats. Kalau mau ke sana, jalur transportasinya lewat mana Mas, dan berapa tiketnya? Menarik sekali ada perkotaan di atas papan kayu besi. Bisa diceritakan nggak mengenai toiletnya? Tks.
kalau dari jawa biasanya kita mencari pesawat yang ke Timika atau Merauke. Nah biasanya di Timika atau Merauke kita harus tinggal minimal bermalam di sana. Kalau pas cuaca tidak bersahabat ya bisa sampai dua minggu, karena Transportasi ke Asmat harus ditempuh dengan dua cara:
Pesawat Twin Otter, bisa pakai merpati atau penerbangan swasta seperti Mimika Air, biasanya kita sudah sampai di bandara pun jika ada informasi cuaca tidak bersahabat, langsung cancel saat itu juga. Ongkos sekitar 1,5 sampai 2 juta per orang Dengan speed boat. Kendaraan ini tidak kalah menantangnya. Jika air laut surut, kita harus masuk laut lepas sehingga resiko lebih menantang. Saat itu kita juga akan melewati pulau tiga. Pulau misterius yang dulu kru Trans7 pernah ilang disana. Pulau itu memang benar-benar misterius. Biasanya kecepatan bisa sekitar 3jam sampai. Itu jika lewat laut lepas. Namun bisa 8 jam jika kita menerobos rawa-rawa lebih dulu.. Saya bersyukur sekali bisa melwati pengalaman itu
MCK ada, dan tiap rumah memang ada, dan di tanam di rawa rawa. Permasalahan utama ada pada air. Jika musim kemarau, bisa gawat, karena semua orang disana mandi air hujan yang ditampung dalam tandon 1100 Liter. Biasanya satu rumah bisa memiliki 5-6 tandon untuk persediaan berminggu-minggu...
meski asyik dan penuh tantangan, kalau kita melakukan perjalanan coastal or inland waterways di kawasan merauke (termasuk asmat, mappi, boven digoel) tetep kudu waspada dan hati-hati mas. perubahan cuaca dan arus air yang kadang mendadak musti kudu disiasati dengan strategi jitu. safety first please...
ada banyak Foto, keterangan dan lanjutnya sabar ya Gan
BalasHapusPagar (atau gerbang) nya unik .. :)
BalasHapusNarsisnya Mas Mbo mana ?
BalasHapusHehehehe .. ^^
Kemana2 jalan ?
BalasHapusMotor ? Mobil ?
Wowww .. :)
behhh, gaya 70an
BalasHapusyg bisa terbakar itu ya
BalasHapuskalo malem pasti gelap banget ya mas...ndak ada penerangan kanankiri jalan,
BalasHapuskayanya enak tinggal di sini..
BalasHapusItulah buatan orang-orang Toraja.. Jago kayu mereka
BalasHapusNo Narcis Allowed hahaha.. wis ora mangsane.. wis sepuh :D
BalasHapusYa nggak ada mobil, motor bensin, nggak ada kendaraan berplat. Sama sekali. Bupati ya jalan kaki.. Mulane samsat e nganggur
BalasHapusDepan kantor bappeda Asmat, adalah bekas tempat tinggal WaBup Asmat yang terbakar. Kayu besi kalau terbakar akan mencapai suhu yang sangat tinggi.. Dan karena disana jarang air, kalau terbakar ya dibiarin saja mas...
BalasHapusWuahahaha, ke TKP dan begitulah orang lawas narsis
BalasHapushihihi ada.
BalasHapusSenter :D
Ya monggo tinggal disini :D tapi tidak ada AC.. Oh ya tanah berawa ini rawan sekali dengan nyamuk malaria. Disana hampir semua orang kena malaria. Pesan saja mas..kalau disana jaga kondisi hehehe
BalasHapusvanishing point jalan kayu besi, gileeee emang struktur tanahnya ga memungkinkan dibangun jalan aspal ya mas...
BalasHapusoh pantesan jalannya dari kayu, la wong medannya rawa gini
BalasHapusDead end...
BalasHapusbebas polusi asap kendaraan hehehe
BalasHapuswee ada AC nya juga :D
BalasHapuskemungkinannya sangat kecil mas. memang rawa yag ada itu sangat dalam.. hingga kedalaman 10 meter, konon masih tanah lunak
BalasHapusbetul mas, hampir seluruh asmat adalah rawa. terlihat juga dari pesawat kalau kita pakai twin otter, bahwa hutan-hutan yang gede itu juga berawa rawa. Maka beberapa distrik juga masih banyak orang yang tinggal di atas pohon
BalasHapustetapi dalam rangka "penghidupan" jalan mas heheheeh.. orang Toraja punya keahlian neh
BalasHapuspolusi berganti menjadi penghidupan genset mas. tetapi karena mahal ya menyebabkan orang menjadi irit. 1 liter bensin disana adalah 10ribu
BalasHapusbiasanya yang di AC in adalah ruang komputer. Bahkan ruang bupati pun, saya pernah masuk, dan hanya disediakan kipas angin :D
BalasHapusAihhh ..
BalasHapusAda cilok jugaaa ..
*ciloknya satu, Bang !!*
mnding tuku nang jogja.. sik nambahi gambar maning
BalasHapusOno Lampu Merah ora neng Kono????
BalasHapusHabitat Buaya...??? Habitat Cicak Dimana????
BalasHapussesuk tak sewone nggo repeater " Papua coverage...!!"
BalasHapuswah lumayan rapi yaaa, dan ga ada sampahnya :D
BalasHapusoh ini sampah ding
BalasHapussesuk tak nggawe pengadaan nang kana
BalasHapusnang Jogja.. cedak BRI kae :p
BalasHapusmrono-a... rak ra ono sing aktif sakliyane voip
BalasHapusjustru tempat sampah terbesar di dunia :D buang ke rawa biar air yang membersihkannya
BalasHapussampah thok disana kok.. tapi nanti air pasang langsung sampah hilang
BalasHapuswewww!! datas kayu semua.....
BalasHapustfs, mas
iya mas.. semuanya kayu.. ayok kapan kita ke sana rame rame :D
BalasHapuspengin banget mas....mesti sangune entek akeh...
BalasHapussego bungkus piroan mas neng kono??
-naluri anak kos-
akeh memag mas.. tapi paling enak adalah kita memanfaatkan suatu job atau project yang sedag berjalan di sana.. lha itulah yang kita cari :D...
BalasHapusTks Mas Bimo, bisa ikut jalan-jalan ke Agats. Kalau mau ke sana, jalur transportasinya lewat mana Mas, dan berapa tiketnya? Menarik sekali ada perkotaan di atas papan kayu besi. Bisa diceritakan nggak mengenai toiletnya? Tks.
BalasHapuskalau dari jawa biasanya kita mencari pesawat yang ke Timika atau Merauke. Nah biasanya di Timika atau Merauke kita harus tinggal minimal bermalam di sana. Kalau pas cuaca tidak bersahabat ya bisa sampai dua minggu, karena Transportasi ke Asmat harus ditempuh dengan dua cara:
BalasHapusPesawat Twin Otter, bisa pakai merpati atau penerbangan swasta seperti Mimika Air, biasanya kita sudah sampai di bandara pun jika ada informasi cuaca tidak bersahabat, langsung cancel saat itu juga. Ongkos sekitar 1,5 sampai 2 juta per orang
Dengan speed boat. Kendaraan ini tidak kalah menantangnya. Jika air laut surut, kita harus masuk laut lepas sehingga resiko lebih menantang. Saat itu kita juga akan melewati pulau tiga. Pulau misterius yang dulu kru Trans7 pernah ilang disana. Pulau itu memang benar-benar misterius. Biasanya kecepatan bisa sekitar 3jam sampai. Itu jika lewat laut lepas. Namun bisa 8 jam jika kita menerobos rawa-rawa lebih dulu.. Saya bersyukur sekali bisa melwati pengalaman itu
MCK ada, dan tiap rumah memang ada, dan di tanam di rawa rawa. Permasalahan utama ada pada air. Jika musim kemarau, bisa gawat, karena semua orang disana mandi air hujan yang ditampung dalam tandon 1100 Liter. Biasanya satu rumah bisa memiliki 5-6 tandon untuk persediaan berminggu-minggu...
meski asyik dan penuh tantangan, kalau kita melakukan perjalanan coastal or inland waterways di kawasan merauke (termasuk asmat, mappi, boven digoel) tetep kudu waspada dan hati-hati mas. perubahan cuaca dan arus air yang kadang mendadak musti kudu disiasati dengan strategi jitu. safety first please...
BalasHapusbetul sekali, kadang penyakit seperti malaria, binatang buas, dan alam yang masih jarang manusianya perlu diwaspadai juga
BalasHapusya ampun...ckckckc... nekat ya.
BalasHapus