Idul Fitri adalah hari raya umat Islam. Lebaran adalah tradisi. Sudah sejak lama bangsa ini mengenal tradisi ini secara salah kaprah. Idul fitri dan menjelangnya adalah kondisi yang tidak saya sukai. Bulan Ramadan harusnya adalah bulan rahmat. Namun tradisi dan kegilaan orang-oranglah yang membuat Ramadan menjadi sebaliknya.
Saya kadang berharap, suatu ketika berlebaran di suatu tempat bersama keluarga sendiri, dan justru terdapat kerinduan, baik merindu atau dirindu dengan kampung halaman baik kampung halaman di tempat orang tua dan mertua. Saya juga kadang berharap, puasa Ramadan itu seperti orang berpuasa sunnah. Tidak perlu terlihat dan berefek gangguan apapun terhadap lingkungannya. Nah itu adalah curhat versi saya. Wallahua'lam
- Takut mati kelaparan. Pelaku puasa (tidak cuma orang Islam) menjadi takut mati kelaparan. Biasanya makan sehari dua kali cukup sepiring-sepiring, bulan Ramadan menjadi over. Alasannya menjaga kebugaran ketika puasa. Sahur over dengan 'ngeladuk kurang deduga' karena takut nanti siangnya lapar, dan buka dengan memasukkan segala yang mungkin masih bisa masuk, dengan alasan mengganti nutrisi tubuh. Biasanya juga ndak apa apa..
- Aji mumpung untuk makan enak. Biasanya kolak juga tidak harus, makanan-makanan yang tidak biasa juga tidak harus, tetapi justru di dalam bulan Ramadan, kolak harus ada, makanan-makanan manis juga harus ada. Padahal ajarannya cukup: "berbukalah dengan air"
- Acara-acara tidak karuan. Acara yang sering disebut dengan ngabuburit dan lain sebagainya, thongkrong dan kongkow tidak jelas, adalah salah satu alasan saya tidak suka dengan tradisi di bulan Ramadan. Kadang bahkan ada acara maut seperti balapan motor bodong dan lain sejenisnya. Acara buka bersama kadang diadakan sekedar acara makan bersama. Sering ditemui bahwa acara buka bersama justru melalaikan kewajiban sholat Magrib. Bahkan lucunya, Ramadan saja kadang belum diputuskan kapan.. tetapi justru acara buka bersama sudah lengkap 30 hari
- Lalu lintas kacau. Menjelang Maghrib, orang seperti kesetanan untuk pulang, takut tidak kebagian. Sehingga jalan pada ngebut-ngebut dan pada sok-sokan. Pengalaman seorang saudara saya kecelakaan motor gara-gara kondisi menjelang magrib ini.
- Mushola dan masjid mengeraskan suara keluar hingga taraf mengganggu. Saya suka suasana syahdu seperti daerah pesantren. Namun kadang masjid-masjid kota justru yang biasanya sepi, di hari-hari bulan Ramadan mengeraskan suaranya hingga taraf mengganggu. Pengalaman tinggal di sebelah masjid di daerah Surokarsan dulu, masyarakat sekitar masjid dijamin susah untuk istirahat. Sementara kondisi kakek saya dulu adalah perlu istirahat. Pagi jam 2 sudah dibangunkan sahur dengan keras. Hingga kuliah subuh, dan setelah itu lagu-lagu islami dikeraskan. Pasca dhuhur ada wiridan juga dikeraskan. Ashar hingga magrib pengajian tidak henti dilepas dengan TOA. Isya, tarawih, dan hingga tadarrus Quran hingga jam 11-12 malam.
- Heran juga dengan suara petasan. Saya pernah mencoba sesekali beli petasan untuk anak saya harganya sekitaran 8-10 ribu. Saya setiap malam bisa dengar petasan dari orang-orang yang thongkrong di jalan depan rumah bisa dari jam magrhib sampai tengah malam. Cukup kaya sepertinya. Sementara efek gangguan terasa ke seluruh warga
- Acara televisi yang katanya acara makan sahur atau lain-lainnya, justru penuh dengan acara pelecehan orang lain dan justru mengajarkan cara hidup yang tidak benar. Acara macam ini justru menampilkan artis yang berpenampilan dan bersikap tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
- Sweeping tempat makan di jam siang. Ini adalah perihal bodoh. Seharusnya orang puasa adalah menahan diri. Bukan lantas orang lain yang diminta peduli. Syukurlah Wonosobo tahun ini warung tetap buka. Sweeping warung itu tidak hanya berefek buruk bagi orang yang tidak beragama Islam. Namun justru orang yang sedang berhalangan, akan makin sulit mencari tempat makan. Padahal orang status berhalangan adalah orang yang seharusnya dimudahkan.
- Mudik, mau tidak mau sudah menjadi keharusan. Ini adalah tradisi. Bagi orang macam saya, jelas repot, ketika mudik ke mertua jauh, yang keluarga sendiri merasa dianggap kita berlaku berat sebelah. Padahal mudik jelas di tingkat nasional saja sudah membawa efek lumayan berat.
- Harus pakaian baru, serba mahal, sekedar untuk kelihatan. Ini pun tradisi yang sudah susah diubah.
- Acara silaturahim baik kampung maupun keluarga, justru membuka lembaran gunjingan baru. Pakaian dan perhiasan yang ditampakkan akan memancing perlombaan 'wah'. Saling pamer apapun yang dipunyai.
- Menjelang dan setelah Ramadan, jalan menjadi kotor karena petasan. Harusnya segala macam gangguan itu tidak ada, jika benar-benar konsep Rahmatan Lil Alamiin diterapkan. Saya saja yang beragama Islam terganggu, apalagi yang bukan.
- Boros. Dari beberapa point di atas, yang paling terasa adalah boros. Segala hal berusaha dibeli untuk momen Ramadan dan Lebaran.
- Malas. Orang menjadi punya alasan untuk malas. Seperti saya pun terkena efek juga. Misal, biasanya di hari biasa, tidur saja cukup 4 jam. Namun justru di bulan puasa bisa lebih banyak melakukan tidur dengan alasan mengantuk karena malam sahur. Di tingkat instansi lebih terasa ketidak efektifannya.. baik instansi pemerintah maupun swasta.
- dan masih banyak lagi.
Saya kadang berharap, suatu ketika berlebaran di suatu tempat bersama keluarga sendiri, dan justru terdapat kerinduan, baik merindu atau dirindu dengan kampung halaman baik kampung halaman di tempat orang tua dan mertua. Saya juga kadang berharap, puasa Ramadan itu seperti orang berpuasa sunnah. Tidak perlu terlihat dan berefek gangguan apapun terhadap lingkungannya. Nah itu adalah curhat versi saya. Wallahua'lam
Yang tidak saya sukai adalah tradisinya. Sedangkan seharusnya suasana beribadah menjadi semakin syahdu.
BalasHapuskeduax
BalasHapusAku suka denga point yang ke 8. Terimakasih bahwa mas Bimo sudah mengangkat topik ini.
BalasHapusItu yang kadang membuat saya bingung.. Dalam agama saya (Katolik) pun kami diajarkan untuk puasa yaitu menjelang masa Paskah tetapi kok tidak ada yach istilah sweeping gitu lho? Maksudnya. yach bagi kami - justru puasa itu adalah suatu ujian. Bisa tidak kami menahan nafsu, lapar dsb?
Maaf lho tidak bermaksud rasis atau sebagainya hanya saja agak janggal gitu lho kalau sampai ada yang disweeping segala...
Sweeping itu tidak ada ajarannya lho.. :D Saya juga heran ada daerah yang seperti itu. Tidak hanya puasa Ramadan. Kan ada puasa lain juga seperti sunnah, dan itu tidak perlu ada perubahan irama kehidupan dan juga sweeping tempat makan. Orang yang bisa berpuasa adalah orang yang kuat menahan lapar dan tentu orang sehat. Bagi yang sakit tidak berpuasa, tapi kalau tidak ada tempat makan buka bagaimana?
BalasHapusBagi saya juga, orang puasa itu adalah menahan diri. Jadi kalau iman mereka kuat harusnya lihat warung makan pun tidak akan ingin makan. Ya itu sangat-sangat aneh bagi saya :D
sukanya saya klimax..
BalasHapusduh kok saya terlena ya... harusnya milik saya ituuuuuu :(
BalasHapusSaya juga malas nonton acara televisi pas sahur.
BalasHapusDulu di era 90 an biasanya diisi dengan ceramah atau dokumenter (seperti jejak rasul). Sekarang isinya bencong ngelawak --"
dan itu ditonton anak kecil... :(
BalasHapustradisi jaman dulu masih mending lho... bagus bagus.. sekarang kacau wis..
dowoneeee :P #Duarr!!!!
BalasHapusketembak.. njengkang.. sido dodolan wedang ra bung!!
BalasHapusijik tertarik.. dodol teh to?
BalasHapuslha ayoo.. ora mung teh.. lha arep ngobrol privat nandi kiye :D
BalasHapusSetuju semua saya..
BalasHapusKenapa ramadhan dijadikan hal duniawi belaka
Sedang yang seharusnya ditambah disaat ramadhan malah tiada,
Semisal, dzikir, sholawat, sholat2 sunnah, mengaji, sedekah, yang semua itu dilakukan personal. Karena ramadhan itu adalah bulan yang dikhusukan oleh Allah tuk setiap hambanya semakin dekat denganNYA secara pribadi
keluarga saya termasuk abangan.. Kemarin di masjid sebelah memanggil ustad terkenal dan prosesi ceramahnya melalui TOA. Bapak saya berkata: "Lha ceramah kaya wong nesu-nesu ngono".. sebenarnya format TOA nya kalau tidak kenceng, tidak akan seperti itu :D
BalasHapusneng masjid kampungku masalah pengeras suara dah dibatasi bgt. Soale kiwo tengene nonmuslim jadi menghormati mereka untk istirahat dg tdk tganggu
BalasHapusharusnya seperti itu.. Masjid harus membawa rasa aman juga buat sebelah-sebelah e.. Nek nang ndesa kadang malah kepedulian e isih sip tenan
BalasHapustrulli endonesia
BalasHapusbar kui puasa2 misuh2 marga diuji karo gerombolan multupid + step + pes
BalasHapuskudu ketemuan. dibahas serius :P
BalasHapussiap... pm ke nomer hape ya :D
BalasHapusSaya tidurnya kebalik, siang jadi malam, malam jadi siang :( hiks
BalasHapusHayooooo.... Janjiaaannn...!
BalasHapusya ndak apa apa asal produktip :D
BalasHapuslha piye, sisan po mbak janjian e
BalasHapus*kangen golek welut
huuu.. aku neng jakarta...
BalasHapusHehe.. cen kok.. aras-arasen.. iki kudune wis wiwit gawe kupat, mualezz poll, tuku wae po yo? *boros*
BalasHapuswah tenan je aku pengin welut.... kemecer... :(
BalasHapusaku ya ngono, bar saur pengine turu meneh. tangi jam 9
BalasHapusarep dadi apa
lebaran jor2an, abis lebaran tingak tinguk cr utangan sampe nunggu gajian
BalasHapusSaya sendiri pernah bubarin darusan yang sampek subuh..
BalasHapusNiat darus apa ganggu orang istirahat
Kebanyakan tidur opo produktip? :|
BalasHapusSekarang dunia udah kebalik?
BalasHapusdarusan pake TOA?
BalasHapusanehhh..
suka nomer 15-nya
BalasHapuslebaran = hari raya seluruh umat ;)
BalasHapustambah satu lagi tradisi brengseknya ...
BalasHapusjelang buka, anak2 muda ngabuburit bareng dengan tata cara yg lo sebut diatas, abis buka mereka tawuran ... it happens, you should go to west jakarta at ramadhan, especially in latumeten, kalipesing, cengkareng, etc
wonosobo jg bang???aiisshh qt sekampung nyatanyo.....*berpelukan dan tuker amplop*
BalasHapusOh iyaaa.. tambah satu Mas.. sing gedubrakan nggugah sahur kaya nggropyok maling, padahal neng kampung padat.. njelehi tenan..
BalasHapusHu um pakai speaker masjid
BalasHapusaku nggak gajian :(
BalasHapusjangan dibubarin to mas... suarana yang dipelanin :D
BalasHapusTUhhh.. kata orang, mimpi itu adalah kunci.. Tidur sampe mimpi itu produktif. (?)
BalasHapusOrang kita mimpi terus sampe lupa bangun :D
tiap hari dunia berputar mas.. tergantung milih atas apa bawah... Tapi kalau kasurnya cukup ya sandingan saja
BalasHapus*kabur
jaman nang jogja ang surokarsan, darusan nganggo toa mbak...
BalasHapusya jelaskan satu persatu ... :D
BalasHapusWETOOOOLLLL
BalasHapusjangan2 mereka pas sahur akur lagi... sepanjang puasa.. begitu buka breng lagi yak:? :D
BalasHapuslho??? WOnosobo? Mana mas...
BalasHapusamplop kosong saya dituker amplop isi
sing dugderan kui po mbak
BalasHapuskl di Masjid dekat rumah saya, toa luar untuk adzan dan pengumuman penting saja
BalasHapuskl untuk kajian/lainnya speaker dalam
seharusnya memang seperti itu mas, sejauh yang diperlukan saja
BalasHapusremuk tulisan e.. cowek = woco dewek
BalasHapusdugderan ki opo to? neng kene nganggo galon Aqua dinggo tambur, bengak bengok, nuthuk-i cagak listrik... gedubrakan ra karuan, pas neng ngarep omah, bar kuwi mlaku mubeng bengok-bengok neh neng gang mburi omah... tobyat tenaaan! Ra mbayangke ibuk-ibuk sing duwe bayi, mesthi jengkel pas repot nyiapke sahur, bayine melu tangi kebrebegan..
BalasHapusiya emang kayak gitu ... gue nanya sama satu orang kru yang tua tuanya kampung di daerah itu ... tiap puasaan kayak gitu ... ababil ababil situ waktu mo buka, nongkrong bareng ... abis buka ato abis tarawih mereka tawuran bikin macet jalan dengan sebab sebab yang gak jelas dan absurd ... parah tuh
BalasHapusngga ngerti juga.. sapa yg bikin tradisi hari raya idul fitri kudu makan2 dengan menu heboh??? belum lagi dengan kue kue keringnya ya?
BalasHapustapi... semoga ibadah selama di bulan Ramadhan diterima oleh-Nya...