Rabu, 28 Maret 2012

BBM dan Permainan Kepentingan

Ihwal Minyak Bumi

Bahan bakar minyak dari minyak bumi (dan kelak gas) didaulat sebagai bahan bakar yang efektif untuk pembangkitan energi. Entah energi listrik ataupun energi untuk keperluan transportasi. Bahan bakar minyak juga didaulat sebagai sumber energi yang termasuk dalam kategori tak terbarukan (unrenewable). Meskipun sebenarnya tetap bisa terjadi proses renewable namun pada waktu yang sangat panjang.

Sumber energi sebenarnya tidak hanya minyak bumi. Sudah banyak cerita jaman dahulu bahwa sudah dibuat mobil atau kendaraan dan sumber energi dari energi alternatif seperti : solar system (energi matahari), bahan bakar dari tumbuhan seperti : biogas tumbuhan, spiritus, alkohol dan lain sebagainya. Biogas dari golongan residu manusia dan binatang, belakangan juga menjadi pembicaraan mengenai adanya energi alternatif. Dalam sebuah dokumenter National Geographic pernah ada satu episode membahas sepasang peneliti suami istri yang hidup di tengah hutan Australia dimana mereka hidup di mobil caravan, mereka memiliki reaktor energi untuk bekas-bekas ranting, kotoran binatang, dedaunan dan lain-lain. Mereka juga menggunakan kincir air sebagai pembangkit energi listrik mereka. Setiap kali mereka berangkat ke institusi kerjanya mereka menggunakan sepeda kayuh dan membawa plakat bertuliskan : Selamatkan Energi Bumi
Sumber energi alternatif, juga tidak semata-mata hanya itu. Batubara pun sebenarnya masih dapat diupayakan sedemikian hingga mudah penggunaannya.

Di masa penjajahan Jepang, rakyat Indonesia diminta untuk bertanam jarak, yaitu sebuah komoditas tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Konon pesawat terbang Jepang yang sempat menghancurkan Hawaii dan mendukung Jepang dalam Perang Dunia dan kolonialisme Jepang era 40an, menggunakan minyak jarak ini sebagai bahan bakar utamanya. Mengapa sumber-sumber energi alternatif ini tidak dapat muncul ke permukaan? Sudah seharusnya jika sumber-sumber ini yang selama ini digaungkan melalui riset-riset dan ajakan tingkat dunia, seharusnyalah produksi-produksi kendaraan dan benda-benda yang memanfaatkan energi telah dirancang untuk mendukung hal itu. Setidaknya secara terpadu dunia telah merencanakan rancangan induk ini. Mengapa ini tidak terjadi?

Minyak Bumi dan Kepentingan Politik
Sebuah negara yang memiliki minyak bumi, tentu akan didekati oleh kelompok negara adi daya. Jika tidak mampu didekati, maka mereka akan diintimidasi entah dengan berbagai cara. Salah satu negara yang telah menjadi korban adalah Irak. Sebuah dugaan tentang penggunaan nuklir yang belakangan tidak terbukti telah menjadikan negara tersebut tidak dapat menguasai minyak bumi negaranya sendiri. Negara adi daya biasanya juga akan menanamkan modal utama dalam pengolahan benda-benda non-renewable baik berupa produk energi atau bukan.

Dalam tulisannya, Kwik Kian Gie yang berjudul Kontroversi Kenaikan Harga BBM[1]
menjelaskan yang intinya kira-ira sebagai berikut:

Harga minyak mentah di pasar internasional selalu meningkat. Sebabnya karena minyak mentah adalah fosil yang tidak terbarui (not renewable). Setiap kali minyak mentah diangkat ke permukaan bumi, persediaan minyak di dalam perut bumi berkurang. Pemakaian (konsumsi) minyak bumi sebagai bahan baku BBM meningkat terus, sehingga permintaan yang meningkat terus berlangsung bersamaan dengan berkurangnya cadangan minyak di dalam perut bumi. Hal ini membuat bahwa permintaan senantiasa meningkat sedangkan berbarengan dengan itu, penawarannya senantiasa menyusut.

Sejak lama para pemimpin dan cendekiawan Indonesia berhasil di-“brainwash” dengan sebuah doktrin yang mengatakan : “Semua minyak mentah yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia harus dinilai dengan harga internasional, walaupun kita mempunyai minyak mentah sendiri.” Dengan kata lain, bangsa Indonesia yang mempunyai minyak harus membayar minyak ini dengan harga internasional.

Kwik Kian Gie

Dengan kelemahan minyak bumi sebagai benda non-renewable, ternyata bisa dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari isu yang digelontorkan. Yaitu isu bahwa minyak bumi itu tak terbarukan, permintaan selalu meningkat, dan cadangan semakin menipis, yang akan meningkatkan efek ekonomis dari efek tersebut. Itulah mengapa minyak bumi akan senantiasa menjadi rebutan di dunia sekalipun.

Permainan Minyak Bumi di Indonesia dan Kepentingan Politik
Jika meninjau dari apa yang dikatakan Kwik, secara masuk akal, maka harga minyak dunia akan terus naik. Akan ada jeda sekian tahun untuk naik misal dua atau tiga tahun sekali naik. Kondisi ini harus disikapi oleh pemerintah Indonesia bahwa jika memang akan selalu naik maka akan ada kebijakan-kebijakan tertentu yang akan berlangsung sepanjang masa alias jangka panjang. Sayang sekali, kondisi politik dan karakter pelaku politik di Indonesia belumlah dapat diharapkan untuk dapat berpikir jangka panjang. Sebagian besar pelaku politik baru berpikir tahap jangka pendek yaitu sepanjang dia berkuasa atau berkesempatan bermain dalam kancah politik saat itu. Secara awam masyarakat dapat menilai sebuah proses jual beli dan penerapan prinsip ekonomi yang ada dalam tubuh pelaku politik yang berkuasa.

Harga Minyak Bumi Turun?
Harga BBM Turun, adalah kondisi yang sangat jarang. Namun kejadian itu sempat terjadi di bulan Januari 2009. Isu yang muncul di sana adalah bahwa harga minyak mentah dunia turun, sehingga berpengaruh terhadap turunnya harga BBM di Indonesia. Saat itu harga BBM untuk jenis Premium adalah sudah setinggi Rp. 6000,00.

Dalam situs Sekretariat Negara dijelaskan sebagai berikut[2]
:
Penurunan harga BBM kali ini adalah penurunan harga yang ketiga kalinya. Dua pengumuman terdahulu disampaikan pada tanggal 1 dan tanggal 15 Desember 2008. Pada tanggal 1 Desember 2008, Pemerintah menurunkan harga premium menjadi Rp 5.500,- dari harga semula Rp 6.000,-. Kalau pada 1 Desember 2008 hanya harga premium yang diturunkan, maka pada 15 Desember 2008 harga solar juga ikut diturunkan menjadi Rp 4.800,- dari semula Rp Rp 5.500,- dan harga premium menjadi Rp 5.000,-. Dengan demikian pada tanggal 12 Januari 2009, harga premium dan solar sama-sama turun menjadi Rp 4.500,- Keputusan ini mulai berlaku 15 Januari 2009.

Sejak 1 Desember 2008, total penurunan harga premium sebesar 25 persen, yaitu dari Rp 6.000,- menjadi Rp 4.500,-. Sedangkan untuk solar telah turun sekitar 18,2 persen, yaitu dari Rp 5.500,- menjadi Rp 4.500,-. 



Setiap kali terjadi proses kenaikan harga BBM, sudah barang tentu seluruh harga barang dan bahan makanan pokok akan juga naik. Bahkan sebelum terjadi kenaikan juga sudah akan naik lebih dahulu. Dan yang terjadi di saat turunnya BBM tersebut, maka harga barang dan bahan makanan pokok tidak akan kembali seperti semula. Meninjau analisis Kwik bahwa jika minyak bumi akan mengalami kenaikan harga setiap saat, maka sudah seharusnya turunnya harga minyak mentah di dunia, tidak lantas menjadikan pemerintah Indonesia ikut menurunkan harga BBM, untuk fungsi jangka panjang. Karena sudah terlanjur naik, seharusnya pemerintah tidak menurunkan harga BBM saat itu. Hal ini sesuai juga dengan kelembaman psikologis rakyat yang sudah "terpaksa setuju" dengan harga Rp.6000,00 saat itu. Seharusnya dengan mempertahankan di angka tersebut, pemerintah dapat save subsidi lebih banyak.

Permasalahan utama kenaikan BBM ini tidak semata-mata seperti kata Gubernur Jawa Tengah kemarin : "Kenaikan BBM hanya sebesar dua batang rokok, sekali bakar, sekali bakar, habis". Namun justru pada efek kenaikan harga yang lain, terutama bahan kebutuhan pokok. Para bapak yang tidak biasa melihat harga dapur dan hanya melihat harga rokok mungkin hanya akan memperhatikan perbandingan dengan harga rokok. Namun jelas para ibu akan terasa sekali. Di saat terjadi turunnya harga BBM saat itu, justru harga barang yang telah terlanjur naik tidak ikut turun, dan dipastikan ketika sekarang harga BBM dengan acuan Premium "kembali"  ke angka Rp. 6000,00 sudah dipastikan harga kebutuhan pokok naik lagi.

Dagangan Politik
Dapat dilihat bahwa turunnya harga BBM pada tahun 2008-2009 tersebut memang dekat sekali dengan sebuah peristiwa besar yaitu Pemilihan Umum baik legislatif maupun pemilihan Presiden. Catatan lain adalah bahwa pembuat kebijakan turunnya harga BBM saat itu adalah juga kandidat presiden untuk pemilu 2009, yang jika terpilih saat itu, maka dia akan terpilih untuk kedua kali berturut-turut, sedangkan di Indonesia, seorang Presiden atau pemimpin Kabinet memiliki kesempatan maksimal dua kali berturut-turut untuk terpilih sebagai Presiden. Jika masyarakat paham saat itu, maka sudah dapat dipastikan bahwa di era terpilihnya Presiden tersebut untuk kedua kalinya, tidak akan terjadi turun harga. Bahkan dari rekam jejak (track record) yang ada, kepemilihan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terpilih tahun 2004 ini memang jarang menuntaskan program yang digaungkannya seperti 100 hari Berantas Korupsi di tahun 2004-2005 yang seolah beritanya hilang ditelan kumpulan bencana Tsunami dan Gempa Bumi. Di masa sekarang, hampir sudah tidak lagi terdengar jejaknya, dimana secara kasar dapat dibayangkan bahwa seperti tidak ada motivasi lagi untuk melanjutkan hal itu.

Catat Pola Pikir Politikus
Sudah seharusnya masyarakat kita makin cerdas dengan adanya rekam jejak gerakan para politikus. Beberapa pola-pola model balik modal, dagang suara, mencari dukungan, pencitraan, dan lain sebagainya. Saya berkeyakinan, pola berpikir dan pola dagang para politikus dari hari ke hari tidak akan berubah. Yang ada adalah kepentingan sesaat, dan tidak ada keinginan untuk lanjut hingga masa depan yang jauh. Saya juga bermimpi suatu ketika masyarakat Indonesia akan menjadi cerdas, dapat mengamati gerak-gerik politikus. Sehingga kejadian tahun 2008-2009 yakni turunnya BBM akan sudah dicatat sebagai gerakan mencurigakan dari pemerintah. Sehingga sudah seharusnya pemerintah berkuasa meskipun dia dapat hingga maksimal dua kali masa kepemimpinan berturut-turut, rakyat akan sepakat cukup satu kali memilih. Sehingga jika terjadi kerugian bukan pada rakyat, namun pada kabinet terpilih.


[1] Kwik Kian Gie. Kontroversi Kenaikan Harga BBM , Maret 2012
[2] Ibnu Purna / Hamidi Rahmat, Implikasi Kebijakan Penurunan Harga BBM 15 Januari 2009

20 komentar:

  1. asekkkkkk mrewani lapaknya kang Bimo. Jarang jarang nehh...

    BalasHapus
  2. woooo mrewani? aku ws ra perjaka jeee

    BalasHapus
  3. lapaknya jek lapaknya. Bukan pemilik lapak. *melet*

    BalasHapus
  4. hmmm... piye ki leh njawab... karep e ki iki posting serius, tapi yo wis lah rapopo nek takdir e pancen balane tukang OOT kabeh... ahahahahahah

    BalasHapus
  5. Hahahahhaa...
    OOT ki kan nyowone MP.
    Nek gak OOT ra jenak jeh.
    Sido nyikar?

    BalasHapus
  6. Iki gubernure sopo tho? Ngomong waton njeplak.

    BalasHapus
  7. "The whole world is enough for the needs of humanity, but not enough for greed of one person"

    Mahatma Gandhi

    BalasHapus
  8. wis, nemu cikar nang irung mau ... irungku resik

    BalasHapus
  9. Setress berkelanjutan melihat tingkah polah pemimpin di Indonesia.

    BalasHapus
  10. Irunge sak piro gedene iso dileboni cikar.
    Digasruk nganggo cikrak.

    BalasHapus
  11. saya catat itu mas.... maturnuwun... keserakahan... memang mengerikan

    BalasHapus
  12. segede gaban..



    *padahal gaban cilik ya , tur pesek

    BalasHapus
  13. Sejarah sudah membuktikan berulang kali betapa dahsyatnya kerusakan akibat keserakahan

    BalasHapus
  14. ingin menguasai, tidak ingin orang lain bisa bernafas sedikitpun... sebenarnya di mana mana ada orang seperti itu.. semoga tidak di teman teman MP :)

    BalasHapus
  15. Tapi kalo harga rokok naek, kok masyarakat gak ribut ya? Pijet plus2 pada mahal, kok gak pada protes ya?

    BalasHapus
  16. karena tidak berpengaruh pada harga-harga yang lain. ketika sumber energi entah listrik, gas, atau BBM naik, sudah dipastikan harga yang lain naik.

    BalasHapus
  17. ya intine kita cuma berjuang sekarang.. yen ra isa ngganti ya wis takdir, sukmben karmane ben dipek

    BalasHapus