Mbah Maridjan, Ilmu Titen, dan Ilmu Empiris..

Mbah Maridjan.. siapa tidak kenal teladan satu ini? Nama itu tidak bisa dilepaskan dari nama Gunung Merapi. Setiap kali Merapi mengalami Erupsi, orang pada berdatangan pada mbah Maridjan untuk bertanya banyak hal. Biasanya mbah Maridjan menjawab enteng:"Yo nek bab kui , takona nang Vulkanologi"

Di kalangan Mahasiswa penjelajah, penikmat alam, pendaki Gunung Merapi, sudah barang tentu tahu pasti siapa sosok jenaka ini. Sosok yang baik, tidak berlebihan, selalu ada di tempatnya, di tempat tinggalnya yang sering dijadikan tempat berkumpul para tamunya yang disebelahnya terdapat warung. Sosok ini biasa saja. "Wong pinter yen diwenehi siji njaluk loro, yen wong bodho diwenehi siji disyukuri" Kata keren ini muncul dari beliau..

Padahal siapa dia? Dia masih abdi dalem dan memiliki tugas Khusus dari Sri Sultan Hamengku Buwono X (ayah dari Sultan yang sekarang). Tugas tersebut beliau emban sejak tahun 1982 sebagai Juru Kunci (Kuncen) Gunung Merapi. Tugasnya adalah menjadi orang terakhir di desa tersebut tatkala terjadi Erupsi. Tugas lain adalah menerima tamu, menata tempat di lereng gunung jika akan diadakan upacara adat, dan sebagainya. Gajinya Rp 10ribu perbulan. Sebelum menjadi juru kunci beliau menjadi CO-KUNCEN (istilah kerennya) atau asisten Juru Kunci bagi bapaknya sendiri. Nama ningrat beliau adalah Mas Penewu Surakso Hargo, atau yang artinya adalah Penunggu Gunung.


Ilmu Empiris

Tentang mengapa beliau diangkat? Beliau lahir di tempat tersebut, pada tahun 1927. Besar disana, dan menjadi wakil dari ayahandanya, selama 12 tahun. Sudah barang tentu beliau memiliki pengalaman khusus dan pengetahuan yang cukup dalam tentang seluk beluk Gunung Merapi. Tentang peta? tentu dia hapal, tentang karakter dan lainnya, sudah barang tentu menjadi feeling beliau.

Contoh kasus:

• Jika anda naik bis, dan anda tahu pekerjaan seorang kernet, maka anda akan heran, mengapa kernet tahu penumpang A turun mana, sudah bayar atau belum dan lain sebagainya. Hal itu karena terbiasa.
• Jika seorang teman saya yang tahu kapan gempa akan terjadi, jelas dia tahu karena dia hidup di Bengkulu bersama gempa dan dia rajin tidur di alam..

Ilmu itulah yang disebut ilmu empiris. Ilmu yang dalam dunia jawa dikatakan sebagai ilmu titen.

Ilmu yang ada pada diri seseorang dimana orang tersebut memperhatikan dan mengamati, sesuatu kejadian, memperhatikan Pola nya yang kemudian digunakan untuk antisipasi di kemudian hari.

Bukankah metode Ilmiah mengajarkannya?

1. Merumuskan masalah
2. mencari data
3. mengambil hipotesa
4. menguji hipotesa
5. mengambil kesimpulan.

Semoga masih ingat ya, pelajaran SMP (cmiiw)

Ilmu yang diduga adalah ilmu empiris adalah : Ilmu Perhitungan Wuku Jawa, Ilmu Feng Sui dan lain sebagainya.Tentu mbah Maridjan sangat mengerti Merapi dari ilmu empiris tersebut. Ilmu itu adalah ilmu bawaan dan sudah menjadi naluri.. Pemahaman sejak kecil tentang karakter Gunung, yang akhirnya menjadikannya dia sebagai seorang kepercayaan di desa tersebut. Mbah Maridjan wafat pada tanggal 26 Oktober 2010 dalam letusan pertama pada periode Erupsi 2010 ini.

Nah, apakah kita masih bisa mewarisi ilmu titen, ilmu mengamati alam, ilmu pengamatan batin mbah Maridjan? Semoga kita masih cukup tajam untuk mengamati, mempelajari dan mengamalkan ilmu yang kian lama ditinggalkan anak bangsa itu..

Tulisan ini buat mbah Maridjan - The Master of Merapi Empiric Science