Dulu, hutan, gunung, sungai, telaga dan elemen alam lainnya adalah tempat saya bermain melepas penat otak. Kadang meski yang terjadi adalah autosalahkaprah, namun kegiatan itu sangat menenangkan hati saya. Kadang juga meski tidak menyelesaikan masalah, dan ketika sampai 'peradaban' lagi masalah itu tetap ada, namun ketika kembali dari dolan-alam itu banyak sekali membawa bantuan psikologis untuk menghadapi semua dengan lebih autocuek.
Paling biasa saya lakukan adalah ketika ingin melepas penat-otak, segera menyiapkan tas carrier yang sekarang sudah tiada, sepatu gunung, misting, radio walkman, foto konvensional jaman kodak, satu rol film yang dulu favoritnya adalah merek AGFA ASA 200 dan peralatan serta bahan lain, lantas tahap lanjutnya adalah autocabut ke terminal, dan segera di sana menentukan gunung manakah yang akan saya naiki. Kadang juga beserta teman-teman yang kadang juga akan membawa rasa autofresh sendiri.
Jika perjalanan itu adalah pendakian, biasanya setelah mencapai basecamp desa terakhir, saya mencoba bercengkrama dengan para pendaki gunung yang lain. Entah main kartu, atau gitar-gitaran, atau jika tidak ada teman ya sudah, tidur dengan sarung, dengan lagu slowrock dari beberapa radio pilihan yang disetel melalui radio walkman. Setelah pukul 11 biasanya saya segera menata ransum termasuk jagung, ceker, dan lain sebagainya, sayapun segera autodaki dengan diiringi lagu slowrock ballads lama. Paling populer diantara teman-teman pendaki adalah : Still Got The Blues, Stairway To Heaven, lagu-lagu Scorpion, Gorky Park dan lainnya. Sampai pukul 03.00 biasanya acara itu berlanjut. Favorit saya untuk acara pendakian malam minggu adalah : GKL FM Magelang, Polaris, dan GajahmadaFM Semarang. Penuh harap bahwa esok pagi dapat sunrise, atau malah kehujanan semalam suntuk ditambah besoknya, jelas membuat terasa seninya perjalanan itu...
Lelah, ngantuk, lapar, kaki pegal, akan terkalahkan dengan warna malam dari atas gunung. Kadang kita menghitung bintang berjalan, atau kadang kita temui seluruh kota padam dan menyala berurutan seperti kartu domino.. Nah sunrise kira-kira akan seperti ini (Sindoro 26 Juni 1999)

Lebih keren lagi adalah, foto jaman dahulu tidak langsung dapat dilihat. Pernah dalam satu kejadian saya membawa rombongan 12 orang ke Gunung Merbabu. Setelah foto-foto, ternyata, seluruh isi rol : terbakar alias over cahaya, kemungkinan pas di tempat cuci cetaknya. Padahal dengan pengorbanan edan dilakukan untuk berpose di sana.. antara lain adalah : telanjang dada dengan kondisi embun membeku masih ada di sekitaran... Seperti di gunung Sumbing ini (September 2000)

Atau malah tiduran di atas batu kawah, dan turun juga ke kawah membuat tulisan. (Mei 2001)


Pernah juga di Merapi sebelum erupsi Februari - Maret 2001, saya turun ke kawah Mati hanya sekedar menendangi batu tersusun bentuk tulisan sebuah nama yang pernah menolak cinta saya di tahun 2000... Tak peduli pantangan misuh di gunung, batu-batu itu dibubarkan paksa dengan kata : "bajingaaan". Ya, pendakian itu adalah pendakian sakit hati yang tidak terencana. Hanya berbekal sandal jepit dan tas kuliah kecil berisi aqua dan roti.. Pendakian itu hampir merenggut nyawa.
---
Biasanya lagi, setelah turun, kami sempatkan mencari tempat sabana, makan siang sebentar dan berfoto di sana.. Nih salah satu gambar ketika masih muda... umur berapa ya? (November 1999)

Ini adalah foto jepretan saya dengan kamera poket dengan lokasi hutan sabana II Gunung Merbabu pendakian lewat Selo, Boyolali. Saat pendakian itu saya membawa alat-alat komputer, karena turun langsung ke Magelang dan ngurus tinta komputer dulu.
Kejahatan yang paling sering dilakukan adalah ramban eidelweiss. Entah mau dikluban atau dipecel yang jelas sering harus umpet-umpetan dengan petugas pemeriksa di pos bawah. Saya sih jarang ambil eidelweis. Biasanya saya cuma motret teman saya seperti ini, lantas nanti di bawah saya jelas autominta.

Dolan ke Merapi memiliki rasa yang lebih berbeda. Pendakian via Selo, Boyolali kadang hanya memakan waktu 3-5 jam sampai puncak. Namun karena kondisi batuan yang dilewati begitu rapuh, perjalanan ini jadi lebih asyik.. Apalagi malam. Posisi ini adalah sekedar pose, karena sebenarnya saya berdua bersama teman saya sedang dalam posisi turun. Namun, demi pose, segalanya dilakukan. Balik badan, dan cepret... (April 2003)

Pasca menikah, kegiatan pendakian jelas mulai dieliminasi dengan perjalanan yang tidak mencemaskan keluarga. Kali ini saya hobi sekali dengan yang bernama : Telaga. Telaga adalah tempat paling teduh dan sejuk.. Menurut saya lho. Sakkarepe nek menurut sampeyan-sampeyan. Meski misterius, kadang saya sempatkan ke telaga Menjer, sekedar untuk tidur siang di sana.. Atau kadang telaga Pengilon Dieng
Hari kemarin, kakak-kakak saya berdatangan dari luar kota dan jelas mengajak anak-anak untuk main ke Dieng. Duh, ternyata saya sangat akui bahwa saya belum dapat menghilangkan keinginan untuk bermain ke Gunung lagi.. tapi, ya sudahlah, biarlah nanti kalau sudah lairan anak, barulah nanti main-main lagi. Sekarang, sementara luapkan dulu kemarahan pada Semar...
Selanjutnya mengajari anak untuk menekuni dunia permunyukan...
Meski sekedar mencari UCEN/UNCEN atau Arbei Hutan..
Pasti, saya akan kembali ke Gunung... entah mungkin paling enak duluan adalah Merapi atau Sindoro.. tapi yang jelas, Zaki mesti harus sudah diajari hal itu:
---
Posting ini dijadikan sebagai posting pengganti yang diciak "Site Maintenance". Selain itu juga sebagai tamba kangen perjalanan malam ke puncak gunung lagi, dan juga mengingatkan diri bahwa di masa lalu ada sedikit paham 'narsis' yang pernah saya derita...
Paling biasa saya lakukan adalah ketika ingin melepas penat-otak, segera menyiapkan tas carrier yang sekarang sudah tiada, sepatu gunung, misting, radio walkman, foto konvensional jaman kodak, satu rol film yang dulu favoritnya adalah merek AGFA ASA 200 dan peralatan serta bahan lain, lantas tahap lanjutnya adalah autocabut ke terminal, dan segera di sana menentukan gunung manakah yang akan saya naiki. Kadang juga beserta teman-teman yang kadang juga akan membawa rasa autofresh sendiri.
Jika perjalanan itu adalah pendakian, biasanya setelah mencapai basecamp desa terakhir, saya mencoba bercengkrama dengan para pendaki gunung yang lain. Entah main kartu, atau gitar-gitaran, atau jika tidak ada teman ya sudah, tidur dengan sarung, dengan lagu slowrock dari beberapa radio pilihan yang disetel melalui radio walkman. Setelah pukul 11 biasanya saya segera menata ransum termasuk jagung, ceker, dan lain sebagainya, sayapun segera autodaki dengan diiringi lagu slowrock ballads lama. Paling populer diantara teman-teman pendaki adalah : Still Got The Blues, Stairway To Heaven, lagu-lagu Scorpion, Gorky Park dan lainnya. Sampai pukul 03.00 biasanya acara itu berlanjut. Favorit saya untuk acara pendakian malam minggu adalah : GKL FM Magelang, Polaris, dan GajahmadaFM Semarang. Penuh harap bahwa esok pagi dapat sunrise, atau malah kehujanan semalam suntuk ditambah besoknya, jelas membuat terasa seninya perjalanan itu...
Lelah, ngantuk, lapar, kaki pegal, akan terkalahkan dengan warna malam dari atas gunung. Kadang kita menghitung bintang berjalan, atau kadang kita temui seluruh kota padam dan menyala berurutan seperti kartu domino.. Nah sunrise kira-kira akan seperti ini (Sindoro 26 Juni 1999)

Lebih keren lagi adalah, foto jaman dahulu tidak langsung dapat dilihat. Pernah dalam satu kejadian saya membawa rombongan 12 orang ke Gunung Merbabu. Setelah foto-foto, ternyata, seluruh isi rol : terbakar alias over cahaya, kemungkinan pas di tempat cuci cetaknya. Padahal dengan pengorbanan edan dilakukan untuk berpose di sana.. antara lain adalah : telanjang dada dengan kondisi embun membeku masih ada di sekitaran... Seperti di gunung Sumbing ini (September 2000)
Atau malah tiduran di atas batu kawah, dan turun juga ke kawah membuat tulisan. (Mei 2001)


Pernah juga di Merapi sebelum erupsi Februari - Maret 2001, saya turun ke kawah Mati hanya sekedar menendangi batu tersusun bentuk tulisan sebuah nama yang pernah menolak cinta saya di tahun 2000... Tak peduli pantangan misuh di gunung, batu-batu itu dibubarkan paksa dengan kata : "bajingaaan". Ya, pendakian itu adalah pendakian sakit hati yang tidak terencana. Hanya berbekal sandal jepit dan tas kuliah kecil berisi aqua dan roti.. Pendakian itu hampir merenggut nyawa.
---
Biasanya lagi, setelah turun, kami sempatkan mencari tempat sabana, makan siang sebentar dan berfoto di sana.. Nih salah satu gambar ketika masih muda... umur berapa ya? (November 1999)

Kejahatan yang paling sering dilakukan adalah ramban eidelweiss. Entah mau dikluban atau dipecel yang jelas sering harus umpet-umpetan dengan petugas pemeriksa di pos bawah. Saya sih jarang ambil eidelweis. Biasanya saya cuma motret teman saya seperti ini, lantas nanti di bawah saya jelas autominta.

Dolan ke Merapi memiliki rasa yang lebih berbeda. Pendakian via Selo, Boyolali kadang hanya memakan waktu 3-5 jam sampai puncak. Namun karena kondisi batuan yang dilewati begitu rapuh, perjalanan ini jadi lebih asyik.. Apalagi malam. Posisi ini adalah sekedar pose, karena sebenarnya saya berdua bersama teman saya sedang dalam posisi turun. Namun, demi pose, segalanya dilakukan. Balik badan, dan cepret... (April 2003)
Pasca menikah, kegiatan pendakian jelas mulai dieliminasi dengan perjalanan yang tidak mencemaskan keluarga. Kali ini saya hobi sekali dengan yang bernama : Telaga. Telaga adalah tempat paling teduh dan sejuk.. Menurut saya lho. Sakkarepe nek menurut sampeyan-sampeyan. Meski misterius, kadang saya sempatkan ke telaga Menjer, sekedar untuk tidur siang di sana.. Atau kadang telaga Pengilon Dieng
Hari kemarin, kakak-kakak saya berdatangan dari luar kota dan jelas mengajak anak-anak untuk main ke Dieng. Duh, ternyata saya sangat akui bahwa saya belum dapat menghilangkan keinginan untuk bermain ke Gunung lagi.. tapi, ya sudahlah, biarlah nanti kalau sudah lairan anak, barulah nanti main-main lagi. Sekarang, sementara luapkan dulu kemarahan pada Semar...
Selanjutnya mengajari anak untuk menekuni dunia permunyukan...
Meski sekedar mencari UCEN/UNCEN atau Arbei Hutan..
Pasti, saya akan kembali ke Gunung... entah mungkin paling enak duluan adalah Merapi atau Sindoro.. tapi yang jelas, Zaki mesti harus sudah diajari hal itu:
---
Posting ini dijadikan sebagai posting pengganti yang diciak "Site Maintenance". Selain itu juga sebagai tamba kangen perjalanan malam ke puncak gunung lagi, dan juga mengingatkan diri bahwa di masa lalu ada sedikit paham 'narsis' yang pernah saya derita...
halah ana sing isih onlen
BalasHapusketok seka hetsot e
BalasHapusturu
BalasHapusinget umur gan, ngangkat watu nang gunung padang we wes rak kuat LOL
BalasHapusapa pengin?
BalasHapuskesemexxxx
BalasHapuseh ketujuxxxxxx
BalasHapussalah.. Ade Rai kae nek kon munggah nggunung ya mati ndisik
BalasHapushatrickkkk
BalasHapusgyahahahha
BalasHapustur iki wis kesuwen koding.. masa laluku nate dadi porter, sekali angat tekan pucuk merapi 30kg hahaha...
BalasHapuskenangan masa lalu ki emang indah kang, ning inget umur saiki lak dadi terasa pilu *syalalala*
BalasHapusAUTOTURU Sik
mangga turu sik... aku tak utak utik.. nek mikir tuwa dadi marai wegahan je... tetep bisa pokok e :D
BalasHapuspokokmen DPRD jaluk minggu hihihi... 70% lho kang, menarik tho..
BalasHapus*mlipir
ya ming telan ludah... ya ndak apa apa tapi nek mereka nakal tahu laaaah akibat e hahahaha
BalasHapusya ampyuuun. . . Kangen karo ucen. . Jaman mbiyen nek meh nang sendang sari dari simbel lewat sawah karo golek ucen. . .
BalasHapushahahaha, mesti kenal UCEN.. dolan nang mudal wae bisa entuk ucen kok jeng.. piye kabare putrane?
BalasHapussaiki simbel wes akeh rumah'e. Pakdhe yang sendangsari wes pindah jaraksari.
BalasHapusTerakhir golek ucen taon 2006.
Anakke alhamdulillah sehat.
suk putrane diajari golek ucen.. kui sebagai obat stamina juga lho..
BalasHapusKapan nang Dieng maneh Bim
BalasHapusMumpung sik nang Jateng aku
Haha, gue coba itungin umurnya. Yg jelas sh lbh muda eikeh, hihi.. Aduh pengen ngabolang deui. Tapi mikirin perut yg memblendung inih
BalasHapuslho bar mbojo bukane malah luwih sering munggah gunung kang?
BalasHapus*autokode*
zaki sudah besar :(
BalasHapusha yo kapan , sing penting sms sik, soale mungkin aku njabar meneh
BalasHapusseperti barang antik, mending tua berjiwa muda daripada muda berjiwa tua
BalasHapus*pura-pura muda
wah aku isih bayi... rung ngerti je hahahaha
BalasHapuslha mosok cilik terus... suk gawekke sing cilik
BalasHapushahaaa
BalasHapuslha nek tambah gedhe seneng to? tambah dewasa gitu lhoh
BalasHapuslho kan podo to? nek wis tekan puncak kan sensasi rasane pada ta?
BalasHapussing siji rahasia, sing siji boleh dipublish
BalasHapusIntine sak durunge OKTOBER
BalasHapusSak bare iku durung karuan aku sik nang Jateng
ketoke sih nyandhak kui, dongakke wae proyekanku lancar ben iso tak nggo ngancani dolan-dolan
BalasHapusWoco wae nang postingku bim soal sebab2e iku....
BalasHapusAkhire aku mbukak soal opo ndik suwalike rong sasi iku
wokey mengko bar dolan ki tak ubek-ubek e...
BalasHapusOke...aku yo tak nglakoni opo sing iso tak kerjakno saiki sik Bim...kapan2 tak mampir mrene
BalasHapusmbang, urip dadi resigner ki ada enak e, ada nggak enak e. Terus terang kelembaman versi karyawan yang kuderita sejak aku jadi karyawan, itu masih ada, dan itu perlu dihancurkan..
BalasHapusAKu rung ngerti dalanmu arep nandi. Ning kabeh wong ki duwe dalan sing wong liya ki kadang ra bakal ngerti yen ra nglakoni.. Aku yakin yen kowe bakal percaya apa ceritaku iki, merga aku yakin kowe wis ngerti..
Intine sing tak lakoni pertama2 yo ngenak2no awakku sik...rong wulan iki kabeh2 iso kedadian kok dadi aku ngalir sik saiki. Yo mugo dalan iku ndang ketemu.
BalasHapusjo kelalen, tetep update berita karo kanca2... marga kadang dalan ki ra mesti, ujug2 dalan kui tekan e seka kanca dewe..
BalasHapusmerapi dulu aja mas bim, nyarter ya aq ;)
BalasHapusyo wis boleh boleh.. jane penak tenan lho merapi itu..
BalasHapuslha makane kuwi, nek aq langsung ke medan yg sulit yo repot
BalasHapusjustru merapi ki medan e sip :D tapi cepet sampe puncak
BalasHapus*sewane bayar hardisk ya
Kekeke tapi full trip ya :D
BalasHapussaya mah nek dijak dolan seneng hahahaha
BalasHapusItu umur brapa ya Pak, koyone masih muda belia ...... Hahahahhahha
BalasHapus#ngakak buanget
#tahun 1999, aku SMP kelas 2
udah tua juga, umur 22 - 23 an :D piye? awet tua kan hahahaha
BalasHapusawet tua kui mesti dan harus bangga to Pak,
BalasHapushehehhhe
wah bersyukur banget.. bisa tua ...dan berdoa bisa jauh lebih tua... :D
BalasHapusplus sehat to :)
BalasHapus