Radar Kewaspadaan Manusia
Manusia dikaruniai rasa 'waspada' dan 'hati-hati' sebagai bentuk pertahanan diri individu itu sendiri. Kewaspadaan bisa berarti waspada terhadap kondisi-kondisi : berbahaya, kondisi asing, kondisi kurang enak, tidak nyaman, resah dan kondisi lainnya. Tiap individu memiliki sensitifitas kewaspadaan tersendiri. Ada yang tidak begitu peduli alias kurang hati-hati, ada juga yang over waspada alias pencuriga dan takut. 'Hati-hati' bisa berarti dua macam: hati-hati dalam arti mempertahankan diri, dan hati-hati dalam menjaga perasaan orang lain. Biasanya dalam sebuah kondisi tertentu, kewaspadaan akan muncul sebagai reflek alam bawah sadar. Kewaspadaan bekerja seperti radar. Dalam kondisi asing, atau merasa tidak mengenal daerah/lingkungan sekitarnya, secara naluriah akan memunculkan waspada dalam berbagai level. Level kewaspadaan yang agak berlebih adalah curiga dan takut. Reflek kewaspadaan ini juga dipengaruhi oleh informasi atau berita tentang situasi keamanan dan isu keresahan.
Keasingan kita dan keasingan orang lain
Saya coba mengambil sebuah kasus yang baru saja saya dapatkan. Kebetulan kemarin saya diberikan kesempatan oleh kang Denden menemui sekelompok mahasiswa Korea yang sedang melakukan tugasnya (mungkin jika di Indonesia adalah KKN - Kuliah Kerja Nyata) di kabupaten Cianjur. Mereka tergabung dalam Korean IT Volunteer (Kiv ITNesia). Jarang diantara mereka yang dapat berbahasa Inggris, apalagi Indonesia.
Bagi mereka pengalaman ini tentu akan memunculkan ketakutan tersendiri seperti : ketakutan berkomunikasi dengan orang lain, keadaan sekitar yang dia tidak tahu, hingga ketakutan menyinggung perasaan orang lain. Salah satu cerita yang muncul adalah, ketika rumah kontrakan mereka didatangi oleh petugas keamanan (satpam) yang justru membuat tindakan yang meresahkan anak-anak Korea itu, seperti: masuk tanpa ijin meskipun hanya duduk-duduk di ruangan tamu. Kadang mereka juga merasa akan dibohongi orang setempat, yang mereka endus berujung kepada 'uang'. Belum lagi mereka harus berwaspada terhadap pihak-pihak tertentu yang akan mengambil keuntungan dengan keberadaan mereka. Tentu mereka dalam kondisi berada di tempat asing, bersama orang asing, bahasa, budaya dan tentu sense psikologis yang asing, akan memunculkan reflek kewaspadaan dalam alam bawah sadar mereka.
Tentu, penyelenggara program tersebut telah memikirkan efek-efek sedemikian yang justru akan mendidik kewaspadaan dan melatih penataan emosi mereka sendiri, terutama dalam menghadapi sesuatu yang sifatnya asing. Masih untung ketika orang lain mengidentikkan mereka dengan tokoh-tohoh idola ala Korea seperti Suju. Namun bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya atau mendapatkan sikap defensif dari orang lain?
Melayani orang asing
Siapapun memang akan pernah merasa asing, meskipun lambat laun dia akan lebih mengenal sekitarnya. Namun bagaimana reaksi orang tersebut terhadap keterasingan, dan seberapa cepat dia beradaptasi, akan banyak dipengaruhi oleh aksi lingkungan sekitarnya. Jika masyarakat di lingkungan sekitarnya bersifat agresif maka akan menumbuhkan sifat defensif bagi si orang asing, dan akan memperlambat proses pembaurannya di tempat tersebut. Namun jika masyarakat di lingkungan sekitarnya bersifat proaktif membantu proses adaptasinya, maka pembauran dan toleransi akan terjadi. Layanan kepada orang yang asing terhadap sekitarnya sangat dibutuhkan oleh orang asing tersebut. Membantu mereka berinteraksi, adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Melayani orang asing kadang cukup dengan memulai diajak berinteraksi dan menunjukkan bahwa kita mau mengerti terhadapnya, itu sudah cukup.
Konsep Ice Breaking
John N Gray, penulis buku Best Seller "Mars And Venus" dalam fragment sequel bukunya yang pertama bertajuk: Men are from Mars and Women are from Venus, terdapat bagian yang berinti, bahwasanya ketika seseorang bersama orang asing, maka hubungan pertama yang terjadi adalah diibaratkan sebagai air yang membeku. Hal itu disebabkan kewaspadaan masing-masing. Kebekuan ini jika tidak dipecahkan, akan menjadi mengeras dan akan susah membaur. Dalam kondisi tersebut, diperlukan "Ice Breaking Skill" atau "kemampuan memecahkan kebekuan" dari salah satunya. Semakin cepat Ice Breaking terjadi, akan mempermudah pembauran yang ada, mempermudah terjadinya komunikasi, membuka keterbukaan, mulai mengerti karakter masing-masing dan menghapus segala kekhawatiran yang ada. Proses Ice Breaking yang tepat akan segera menghadirkan rasa aman, tepa selira dan interaksi secara wajar, serta akan menghapus rasa keterasingan.
Lebih Memahami, Lebih Baik
Proses pembauran sangat berguna untuk memperjelas identitas seseorang. Jika ini terjadi, maka seharusnya dalam satu kelompok masyarakat seperti kampung dan desa, ataupun kelompok komunitas, tidak akan terdapat Mysterious Human. Efek selanjutnya, jika suatu daerah mampu memiliki "skill Ice Breaking" secara kolektif dengan baik, maka kecenderungannya daerah tersebut akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk orang yang berniat misterius atau berniat jahat seperti terorisme atau lainnya.
Meski demikian proses Ice Breaking yang terjadi dalam rangka asimilasi ini tidak begitu mudah bagi sisi orang asing yang mendatangi atau berjumlah sedikit. Bantuan penerimaan, pengertian, panduan, peringatan, usaha pemberian pengertian, dari masyarakat sekitarnya sangat diperlukan disini. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan berkomunitas, meskipun di dunia maya sekalipun, seperti dalam satu forum ataupun komunitas blogger. Tentu saja, diharapkan sekali pihak yang lebih memahami, akan memandu proses Ice Breaking antar dua pihak tersebut. Memulai pertanyaan, merespon jawaban, memancing pertanyaan, mengarahkan arah pembicaraan, dan mengenalkan sekitar, akan sangat berguna bagi semua pihak.
Tetap Waspada dan Apa Adanya
Bukan tidak mungkin, ketika proses Ice Breaking terjadi, yang terjadi adalah menuju kepada kenyataan bahwa lawan komunikasi kita adalah pihak yang tidak diharapkan. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, radar kewaspadaan manusia akan mulai berjalan. Semakin pandai seseorang berkomunikasi, tentu saja semakin tinggi juga kepekaan menangkap berbagai informasi dari lawan bicara. Radar kewaspadaan adalah naluriah, namun jika dipupuk terlalu dalam, akan berubah menjadi radar kecurigaan, dan selanjutnya akan menjadi defensif terhadap keasingan.
Lawan komunikasi kita jugalah manusia yang juga memiliki kepekaan dan kewaspadaan tersendiri dalam menghadapi kita sebagai lawan komunikasi yang asing. Bersikap apa adanya seperti jika kita terhadap "teman-teman tidak asing" kita, secara wajar, akan memudahkan pihak lain segera menangkap informasi sepintas tentang diri kita. Menunjukkan sikap ramah dan waspada dalam berkomunikasi, termasuk dalam jajaran sikap terbaik yang bisa dilakukan. Disamping proses pembauran akan mudah terjadi, rasa sungkan orang asing terhadap diri kita bisa tetap dipertahankan untuk membatasi agresifitasnya.
Memahami dan berinteraksi dengan orang asing kadang tidak harus dengan mengetahui bahasa mereka. Seperti kata pepatah: "Sesuatu yang berasal dari hati, akan sampai ke hati". Apapun bahasa yang akan digunakan, orang asing akan mengerti.
Saya sedang membayangkan Indonesia yang nyaman untuk orang asing meskipun tidak mengerti bahasa Indonesia, di mana siapapun dari negara manapun, di negara ini akan merasa nyaman, kerasan, terhindar dari rasa takut dan resah. Tidak ada pertentangan perbedaaan keyakinan, isu terorisme, kejahatan, pelecehan terhadap orang yang tidak sama. Meskipun sementara ini mungkin masih mimpi untuk mewujudkan Indonesia yang tidak memicu alergi Xenophobia bagi orang asing, namun tentu bermodal sejarah bangsa yang ramah ini, bukan tidak mungkin harapan itu menjadi nyata.
Cianjur, 23 Juli 2012
Catatan:
Gambar 1. Telah mengalami pengeditan dari situs sebenarnya : http://www.mindsharpener.net/wp-content/uploads/2012/03/3-Limitations-to-Mind-Power.jpg
Gambar 2. Dari koleksi pribadi, diambil tanggal 20 Juli 2012 di Cibodas, Cianjur, Jawa Barat
Naskah ini disusun untuk mbak Lessy dan disetor sebagai naskah LOMBA MENULIS TENTANG XENOPHOBIA yang ada di sini : http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/758
Manusia dikaruniai rasa 'waspada' dan 'hati-hati' sebagai bentuk pertahanan diri individu itu sendiri. Kewaspadaan bisa berarti waspada terhadap kondisi-kondisi : berbahaya, kondisi asing, kondisi kurang enak, tidak nyaman, resah dan kondisi lainnya. Tiap individu memiliki sensitifitas kewaspadaan tersendiri. Ada yang tidak begitu peduli alias kurang hati-hati, ada juga yang over waspada alias pencuriga dan takut. 'Hati-hati' bisa berarti dua macam: hati-hati dalam arti mempertahankan diri, dan hati-hati dalam menjaga perasaan orang lain. Biasanya dalam sebuah kondisi tertentu, kewaspadaan akan muncul sebagai reflek alam bawah sadar. Kewaspadaan bekerja seperti radar. Dalam kondisi asing, atau merasa tidak mengenal daerah/lingkungan sekitarnya, secara naluriah akan memunculkan waspada dalam berbagai level. Level kewaspadaan yang agak berlebih adalah curiga dan takut. Reflek kewaspadaan ini juga dipengaruhi oleh informasi atau berita tentang situasi keamanan dan isu keresahan.
Keasingan kita dan keasingan orang lain
Saya coba mengambil sebuah kasus yang baru saja saya dapatkan. Kebetulan kemarin saya diberikan kesempatan oleh kang Denden menemui sekelompok mahasiswa Korea yang sedang melakukan tugasnya (mungkin jika di Indonesia adalah KKN - Kuliah Kerja Nyata) di kabupaten Cianjur. Mereka tergabung dalam Korean IT Volunteer (Kiv ITNesia). Jarang diantara mereka yang dapat berbahasa Inggris, apalagi Indonesia.
Bagi mereka pengalaman ini tentu akan memunculkan ketakutan tersendiri seperti : ketakutan berkomunikasi dengan orang lain, keadaan sekitar yang dia tidak tahu, hingga ketakutan menyinggung perasaan orang lain. Salah satu cerita yang muncul adalah, ketika rumah kontrakan mereka didatangi oleh petugas keamanan (satpam) yang justru membuat tindakan yang meresahkan anak-anak Korea itu, seperti: masuk tanpa ijin meskipun hanya duduk-duduk di ruangan tamu. Kadang mereka juga merasa akan dibohongi orang setempat, yang mereka endus berujung kepada 'uang'. Belum lagi mereka harus berwaspada terhadap pihak-pihak tertentu yang akan mengambil keuntungan dengan keberadaan mereka. Tentu mereka dalam kondisi berada di tempat asing, bersama orang asing, bahasa, budaya dan tentu sense psikologis yang asing, akan memunculkan reflek kewaspadaan dalam alam bawah sadar mereka.
Tentu, penyelenggara program tersebut telah memikirkan efek-efek sedemikian yang justru akan mendidik kewaspadaan dan melatih penataan emosi mereka sendiri, terutama dalam menghadapi sesuatu yang sifatnya asing. Masih untung ketika orang lain mengidentikkan mereka dengan tokoh-tohoh idola ala Korea seperti Suju. Namun bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya atau mendapatkan sikap defensif dari orang lain?
Melayani orang asing
Siapapun memang akan pernah merasa asing, meskipun lambat laun dia akan lebih mengenal sekitarnya. Namun bagaimana reaksi orang tersebut terhadap keterasingan, dan seberapa cepat dia beradaptasi, akan banyak dipengaruhi oleh aksi lingkungan sekitarnya. Jika masyarakat di lingkungan sekitarnya bersifat agresif maka akan menumbuhkan sifat defensif bagi si orang asing, dan akan memperlambat proses pembaurannya di tempat tersebut. Namun jika masyarakat di lingkungan sekitarnya bersifat proaktif membantu proses adaptasinya, maka pembauran dan toleransi akan terjadi. Layanan kepada orang yang asing terhadap sekitarnya sangat dibutuhkan oleh orang asing tersebut. Membantu mereka berinteraksi, adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Melayani orang asing kadang cukup dengan memulai diajak berinteraksi dan menunjukkan bahwa kita mau mengerti terhadapnya, itu sudah cukup.
Konsep Ice Breaking
John N Gray, penulis buku Best Seller "Mars And Venus" dalam fragment sequel bukunya yang pertama bertajuk: Men are from Mars and Women are from Venus, terdapat bagian yang berinti, bahwasanya ketika seseorang bersama orang asing, maka hubungan pertama yang terjadi adalah diibaratkan sebagai air yang membeku. Hal itu disebabkan kewaspadaan masing-masing. Kebekuan ini jika tidak dipecahkan, akan menjadi mengeras dan akan susah membaur. Dalam kondisi tersebut, diperlukan "Ice Breaking Skill" atau "kemampuan memecahkan kebekuan" dari salah satunya. Semakin cepat Ice Breaking terjadi, akan mempermudah pembauran yang ada, mempermudah terjadinya komunikasi, membuka keterbukaan, mulai mengerti karakter masing-masing dan menghapus segala kekhawatiran yang ada. Proses Ice Breaking yang tepat akan segera menghadirkan rasa aman, tepa selira dan interaksi secara wajar, serta akan menghapus rasa keterasingan.
Lebih Memahami, Lebih Baik
Proses pembauran sangat berguna untuk memperjelas identitas seseorang. Jika ini terjadi, maka seharusnya dalam satu kelompok masyarakat seperti kampung dan desa, ataupun kelompok komunitas, tidak akan terdapat Mysterious Human. Efek selanjutnya, jika suatu daerah mampu memiliki "skill Ice Breaking" secara kolektif dengan baik, maka kecenderungannya daerah tersebut akan menjadi tempat yang tidak nyaman untuk orang yang berniat misterius atau berniat jahat seperti terorisme atau lainnya.
Meski demikian proses Ice Breaking yang terjadi dalam rangka asimilasi ini tidak begitu mudah bagi sisi orang asing yang mendatangi atau berjumlah sedikit. Bantuan penerimaan, pengertian, panduan, peringatan, usaha pemberian pengertian, dari masyarakat sekitarnya sangat diperlukan disini. Hal ini juga berlaku dalam kehidupan berkomunitas, meskipun di dunia maya sekalipun, seperti dalam satu forum ataupun komunitas blogger. Tentu saja, diharapkan sekali pihak yang lebih memahami, akan memandu proses Ice Breaking antar dua pihak tersebut. Memulai pertanyaan, merespon jawaban, memancing pertanyaan, mengarahkan arah pembicaraan, dan mengenalkan sekitar, akan sangat berguna bagi semua pihak.
Tetap Waspada dan Apa Adanya
Bukan tidak mungkin, ketika proses Ice Breaking terjadi, yang terjadi adalah menuju kepada kenyataan bahwa lawan komunikasi kita adalah pihak yang tidak diharapkan. Dalam keadaan-keadaan seperti ini, radar kewaspadaan manusia akan mulai berjalan. Semakin pandai seseorang berkomunikasi, tentu saja semakin tinggi juga kepekaan menangkap berbagai informasi dari lawan bicara. Radar kewaspadaan adalah naluriah, namun jika dipupuk terlalu dalam, akan berubah menjadi radar kecurigaan, dan selanjutnya akan menjadi defensif terhadap keasingan.
Lawan komunikasi kita jugalah manusia yang juga memiliki kepekaan dan kewaspadaan tersendiri dalam menghadapi kita sebagai lawan komunikasi yang asing. Bersikap apa adanya seperti jika kita terhadap "teman-teman tidak asing" kita, secara wajar, akan memudahkan pihak lain segera menangkap informasi sepintas tentang diri kita. Menunjukkan sikap ramah dan waspada dalam berkomunikasi, termasuk dalam jajaran sikap terbaik yang bisa dilakukan. Disamping proses pembauran akan mudah terjadi, rasa sungkan orang asing terhadap diri kita bisa tetap dipertahankan untuk membatasi agresifitasnya.
Memahami dan berinteraksi dengan orang asing kadang tidak harus dengan mengetahui bahasa mereka. Seperti kata pepatah: "Sesuatu yang berasal dari hati, akan sampai ke hati". Apapun bahasa yang akan digunakan, orang asing akan mengerti.
Saya sedang membayangkan Indonesia yang nyaman untuk orang asing meskipun tidak mengerti bahasa Indonesia, di mana siapapun dari negara manapun, di negara ini akan merasa nyaman, kerasan, terhindar dari rasa takut dan resah. Tidak ada pertentangan perbedaaan keyakinan, isu terorisme, kejahatan, pelecehan terhadap orang yang tidak sama. Meskipun sementara ini mungkin masih mimpi untuk mewujudkan Indonesia yang tidak memicu alergi Xenophobia bagi orang asing, namun tentu bermodal sejarah bangsa yang ramah ini, bukan tidak mungkin harapan itu menjadi nyata.
Cianjur, 23 Juli 2012
Catatan:
Gambar 1. Telah mengalami pengeditan dari situs sebenarnya : http://www.mindsharpener.net/wp-content/uploads/2012/03/3-Limitations-to-Mind-Power.jpg
Gambar 2. Dari koleksi pribadi, diambil tanggal 20 Juli 2012 di Cibodas, Cianjur, Jawa Barat
Naskah ini disusun untuk mbak Lessy dan disetor sebagai naskah LOMBA MENULIS TENTANG XENOPHOBIA yang ada di sini : http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/758
Sepertinya ini lomba MP yang pertama saya ikuti...
BalasHapusSepertinya siih
BalasHapuskasih tau nggak yaaa....?
BalasHapusTentang penyusunan sejarah Indonesia, ini menginspirasi saya menulis ttg xenophobia.
BalasHapus* komen woro-woro
Gak usah deeeh
BalasHapusWoro-woro siap saya kunjungi mas...
BalasHapus*makceklik
kowe kok ra gelem ngandani aku ki piye
BalasHapuscari yang ngganteng sek ah
BalasHapus*liatliat foto
;)
fotone durung diaplod, mau po?
BalasHapusHati-hati dalam menjaga perasaan orang lain = Waspada Level 1
BalasHapusHati-hati dalam arti mempertahankan diri = Waspada Level 2
Hati-hati yang menimbulkan rasa benci = Waspada Level 3 (autoxenophobia)
Gitu ya?
Automabur
BalasHapushihihih.. Mungkin seperti ini mas. Rasa waspada dan curiga itu memang berimpit. Agama menyarankan kita untuk waspada, namun tidak buruk sangka. Saya justru mengambil dari sana.
BalasHapusWaspada level satu menurut saya ya sekedar hati-hati saja, level dua adalah curiga, dan level ketiga adalah takut.
Dalam kaitannya dengan perasaan orang lain ada lagi : hati-hati menjaga perasaan orang lain, level berikutnya justru arahnya ke terlalu menjaga perasaan hingga akhirnya berlaku lemah...
itu menurut saya
CMIIW
*mas Iwan belum buat PR to?
kene kandani ... bisik bisik wae ra popo.. nguntal Kurma ya konangan kok tenan
BalasHapusgancang di aplot.. nek eneng seng kaya kibum bolehlah ;)
BalasHapusitu yang cowo ada yang pake celana ky cewe baju item ga ya hahaha
hmm sing dibalik pohon itu?
BalasHapusKibum ki kaya sapa ya :D
ternyata : 1111 kata.
BalasHapuspengetahuan baru bagi saya Mas, matur nuwun.
BalasHapussaya juga baru belajar kok mas.. untuk naskah ini saya baca sana sini. sempat milih-milih tema juga, namun sepertinya ini tema yang berbeda. Mungkin saya akan posting lagi hehehee
BalasHapusIkutan tuh mas
mau ikutan tapi takut kalah...
BalasHapusxenophobia atau bukan ya?
kalahophobia
BalasHapusya yg deket pohon..
BalasHapusya kaya kibum, mungkin kaya yang baju putih tapi senyumnya aga2 ky yg baju pink tp ga ada yg bisa ngalahin kibum he...
horeeeeeeeeeeeeee
BalasHapusDengan segala kerendahan hati, saya merasa tersanjung sebagai penyelenggara lomba yg menerima sumbangan naskahnya mas Bimo. Terima kasiiiiiiii....
BalasHapusSkill ice breaking ini ternyata cukup berperan ya mas? tidak hanya dari satu pihak melainkan dari para pihak yg berinteraksi. Dan semua tak lepas dari itikad baik untuk menciptakan jembatan komunikasi dari hati ke hati.
BalasHapusSemoga tulisan yg dibuat mas Bimo ini banyak yg membaca, harapan saya tidak hanya oleh siapa yg mengikuti kegiatan ini namun oleh khalayak yg lebih luas lagi untuk memetik hikmahnya.
Sekali lagi terima kasih banyak atas support dan sumbangan naskahnya.
hehehehe... maturnuwuuun
BalasHapussami-sami mbak Lessy
BalasHapusPengalaman yang saya tilik sih mbak, cukup berperan. Ketika kita berjumpa seseorang yang baru dan tidak segera mencoba ada yang saling menyapa, maka nanti akan terasa kaku :)
BalasHapusHarapan saya juga, usaha mbak Lessy mengajak kita belajar Xenophobia akan sukses digunakan juga khayalayk ramai
sayangnya minggu ini mereka kukutan di bogor..
BalasHapusnek kalah mesti semua siap kalah mbah... isinophobia..
BalasHapusyang jelas isinophobia mas.. menulis yang akhirnya dibaca banyak orang hampir seperti bicara di depan publik :D
BalasHapusweh ngilmiah tenanik...
BalasHapusIsa nggo bahan paper wis...
Sida mulih ra Su?
Nek ra mdthungul, Weekend tak tinggal mJakatra sik...
kalau sudah kena Deep Freeze kira kira Ice Breaking-nya masih bisa dipergunakan gak mas?
BalasHapusya belajar ngilmiah lah..
BalasHapusrencana mengko sore, tapi nek miturutku aja tergantung lho bung. tandangi sik wae ra papa .. ya kontekan wae mengko
TeKaPe dulu mas
BalasHapuskalau membawa analogi dari Deep Freeze Windows, sepertinya Deep Freeze selain uninstall adalah dapat dilakukan format otak ulang :) dan itu jelas memakan waktu.
BalasHapuskok dowo..sik.. engko diteruske, aku yo pengen melu posting seputar Xenophobia :D
BalasHapushihihi... iya bener isinophobia.
BalasHapusayo melu aaah... njenengan mesti duwe bahan sing sip nggo sinau :D
BalasHapusya itu tadi mas ICE BREAKING.. begitu nanti pecah, hilang sudah malu dan takut :D
BalasHapusWeleh interaksinya pakai apa Om? Waktu bertemu dg mereka. Kalau mereka gak bisa bahasa inggris.
BalasHapuswuih lagi skrepsi ta?
BalasHapusBaru saja selesai ngerjain PR-nya dan diupload. Seputar penyajian pelajaran sejarah Indonesia, spt yg ku komen di atas.
BalasHapusMonggo, saya sharing di sini, mas. Ditunggu masukannya :)
bukane indonesia negeri paling ramah tamah..?
BalasHapusIndonesia yang paling dianggap menakutkan adalah tindak kriminalnya sebenarnya, kalau masalah keramahan, Indonesia berpenduduk teramah Ida rasa :)
BalasHapusselamat mengikuti, aku dewe arep melu rung oleh2 bahan kie... :D
BalasHapusbahasa inggris tapi setitik2 banget... tapi tetep bisa interaksi kok... bahasa isyarat juga boleh :D
BalasHapussapeyan durung ya
BalasHapusMak CEKLIK... TKP
BalasHapusiya.. mbiyen, saiki orang pada defensif juga je
BalasHapusdi beberapa tempat yang budayanya belum terkotori, memang masih seperti itu mbak :), tapi maaf, seperti daerah jakarta dan daerah2 metropolitan lainnya.. orang ditanya aja cuwek sekali
BalasHapussui sui nek ra melu, sampeyan asing lho, kanca2ne do melu
BalasHapusHehe.. nasib Mas Bimo tu dicuekin. :D
BalasHapus--- LOCKED ---
BalasHapushahaha, saya sih biasa dicuwekin.. hmm tapi intinya gini mbak, mungkin kita lebih baik sebagai posisi yang berusaha lebih mengerti daripada tidak... jadi dicuwekin ya cuwek saza :))
BalasHapusterimakasih lock nya.. meskipun deg degan
BalasHapus:) sama-sama..saya juga deg deg an ini ngelocked tulisan teman2...*lagi latihan ngadain kegiatan lomba begini soale mas...baru yg ke 2 kali ini*
BalasHapussaya berencana juga mengadakan mbak.. :) ada teman MP juga yang ingin bersama-sama membuat even itu, tujuannya menghajar keyword-keyword biasa yang jika di Search Engine justru berkonotasi negatif..
BalasHapusdoain ya mbak
wah ide yg bagus mas...semoga sukses..*siap mendukung*
BalasHapusalhamdulillah, tunggu tanggal main mbak...
BalasHapusdan ketika mereka masih terkantuk, diketok2 pagarnya pun mereka tidak menjawab, mungkin khawatir yang mengunjungi orang asing *pancen*
BalasHapusanda adalah saksi ekekekekek...
BalasHapussaking takutnya orang asing, naik motor ngebut, padahal belum bisa
yg cerita org2 korea itu nabrak bukan?
BalasHapuspgn ketawa terus kalo inget cerita itu ha...
cerita ini dirahasiakan sebenarnya, tapi sudah terlanjur ketahuan di sana.. Ternyata mereka memang tidak difamiliarkan dengan motor. Mereka pada bisa naik mobil tapi tidak untuk motor, dan mendapatkan warning bahwa mereka tidak boleh naik motor. Begitu senengnya coba matik, tarik gas, lupa nurunin gas. Emang diceritain siapa v
BalasHapusya sapa lg yang cerita kalau bukan mantan pacarnya mas bim ;)
BalasHapusenak aja, masih pacar juga sekarang.. pacar yang dihamili secara sah
BalasHapusayey...
BalasHapuskalau sampe ketemu orang korea, tuh ajarin aja naik motor dengan benar .. ajak boncengan sampe karawang, dijamin kerenggosan dia
BalasHapusajib tuh kayanya.. tp boncenginnya mau yg ganteng ah ;)
BalasHapusganteng itu relatif.. hmm piye foto2 mau tak kirimi po? tuh di aprove di akun tetangga dulu
BalasHapusmau mau
BalasHapusnggak dong
baru aplod
BalasHapusmau aplod disini nggak enak, saya sehari udah posting banyak je
BalasHapusMohon perkenannya untuk memeriksa ke: http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/791/Xenophobia-25-Besar-Naskah-Lomba-Tentang-Xenophobia
BalasHapusTerima kasih.
lomba pertama dan langsung 25 besar..
BalasHapussuka konsep ice breakingnya deh..
bacanya kaya baca tesis.. :D konsep yang unik..
BalasHapusMenarik ulasannya utk 3 level waspada. Bisa dipakai utk tiap individu utk rajin mengingatkan diri sendiri kalo waspadanya udah level 2. Apalagi level 3 jg sampe deh..
BalasHapusSuka dg tulisan ini, terstruktur dan ilmiah, jadi nambah belajar ni. Makasi Ɣǻ
BalasHapussaya cek mbak... maturnuwuuun
BalasHapuscuma ya itu mbak.. jadi kaku :D
BalasHapussaya malah tidak menyangka kalau sampai masuk 25 :D
BalasHapuscuma masalahnya jadi sedikit kaku ya hahahaha... makasih mbak
BalasHapusMohon perkenannya untuk memeriksa ke: http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/794/
BalasHapusTerima kasih.
edited: penulisan link
weh, bisa sampe 10 besar... surprise :D alhamdulillah..
BalasHapus:) maturnuwun atas partisipasi dan dukungannya, nggih..
BalasHapusMas Bimo! Traktir yaaa...kan masuk 10 besar...hi...hi.
BalasHapussami sami mbak... :)
BalasHapusjegagik... biaya preman harus siap ki
BalasHapusRisiko yang semestinya sudah diperhitungkan dong...ha...ha..ha.
BalasHapusSelamat dan terima kasih atas sumbangan naskahnya yang sangat berharga dalam proses pembelajaran selama kami (cak Marto dan saya) menjuri, nggih mas Bimo. Mohon perkenannya untuk memeriksa ke: http://wayanlessy.multiply.com/journal/item/795/Xenophobia-PEMENANG-Lomba-Menulis-Tentang-Xenophobia-2012
BalasHapusSekali lagi, Terima Kasih.
Lik Bimo, selamat ya...
BalasHapusNgerokok di pojokan,
BalasHapuspasang tatto...
Pegang golok
*preman beraksi ;)
Surprise besar di hari ini mbak Lessy!! Terimakasih atas semuanya.. Semoga lomba yang diadakan ini, akan menghadirkan gelombang manfaat bagi sesama.. siapapun dia :)... Sekali lagi sukses atas lombanya, dan terimakasih
BalasHapusiya bung... maturnuwun support e... mari kita adakan tempat untuk lomba lagi
BalasHapusRasah ngono! Uncalke jurang Setieng tahu rasa!!
BalasHapusMaturnuwun bung, SMS e hahahaha
sebelumnya, salam kenal mas bimo...:)
BalasHapusselamat ya atas tulisannya..:)
Lik,
BalasHapusGambar pertama kayane wis dicolong pocong GanCit-Mulpid yaaa
iki sk HP ilang je gambar wong mumete
Diliat dari PC gambar pertama oke, tapi dari HP masih ngeblank....
BalasHapusDiliat dari PC gambar pertama oke, tapi dari HP masih ngeblank....
BalasHapusDiliat dari PC gambar pertama oke, tapi dari HP masih ngeblank....
BalasHapusmaturnuwuuun... salam kenal jugaa :)
BalasHapusniat ngebom apa dibom karo staff
BalasHapuswowww.. keren mas bimo.. pertama kali ikut lomba MP, dan langsung menang.. selamat yaaa ^^
BalasHapus