Cerita Tugu Perbatasan Jateng dan DIY

Bagi yang suka berkendara melintas antara Jogja dan Magelang, tentu saja tidak akan asing dengan gambar ini. Gapura perbatasan yang megah ini merupakan tapal batas bagi kedua provinsi, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Tentu saja gapura ini akan menjadi amat penting jika DIY memutuskan pegatan dengan NKRI. Gapura ini akan menjadi tapal batas bagi kedua negara. Gapura ini kini telah dibangun sangat indah di sebelah barat Jembatan Sungai Krasak yang merupakan aliran lahar dari Gunung Merapi, gunung yang merupakan batas juga bagi kedua provinsi.

Pada sebelah barat dan utara dari tugu ini bercokol kecamatan Salam yang termasuk dari bagian kabupaten Magelang. Sementara sebelah timur dan selatannya bersemayam kecamatan Tempel. Sehingga jika naik bis dari arah Magelang ke Jogja, tentu harus melewati Salam Tempel. Selamat Salam Tempel. Bagi yang suka dengan dangdut, tentu tidak akan lupa dengan radio Pop FM yang tergeletak di bagian kecamatan Tempel. Pop FM dulu adalah radio Mandala FM yang sebenarnya bagus, namun kalah pamor dengan radio di Jogja, sehingga berpindah haluan menjadi Dangdut Radio. Bagi yang sering mengebut, tentu tidak akan lupa juga dengan pos Polisi perbatasan di sebelah kanan jalan jika dari arah Jogja. Jika kebacut melanggar dari arah Magelang ke Jogja, maka harus berjalan sekencang mungkin agar segera menjauhi tapal batas dan jembatan Krasak. Dijamin pak petugas akan menyerah. Namun jika anda melanggar dari arah Jogja menuju Magelang dan sudah siap dikejar polisi, anda harus pinter-pinter cornering 180 derajat, agar bisa segera sampai Jogja kembali.

Tugu ini memiliki sedikit cerita sekaligus fakta yang lucu, wagu dan memalukan bagi bangsa ini. Tugu / gapura ini dulu dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai TUGU IRENG, dikarenakan memang warnanya memang harus hitam karena dianggap sebagai warna dari stupa, yang disepakati untuk digunakan sebagai perlambang bagi kedua provinsi. Kebetulan memang kedua provinsi dan kabupaten ini memiliki simpanan memori sejarah yang berkaitan dengan candi. Dengan nama Tugu Ireng ini, orang jika naik bis dan akan turun di dekat Tempel akan mengatakan : "Mas, tugu ireng kiri mas."

Tahun 1995-1998 tentu bagi yang masih ingat dengan kuningisasi golkar, dimana tokohnya adalah Soeharto, Harmoko, Akbar Tanjung, mendadak tugu yang dibuat dengan pilar berbatu ini berubah warna menjadi KUNING. Entah ketemu berapa perkara kok tiba-tiba menjadi kuning. Sampai-sampai muncul rumor, candi Borobudur akan dikuningkan.. Wah jadi seperti apa kalau dikuning-kuning? Saat itu gurauan para kernet menjadi berbeda. JIka ada orang berkata :"mas, tugu ireng mas". Jawabnya :"ora ana tugu ireng bu", tentu akan dibalas si penumpang : "ya wis tugu kuning mas". Dua tahun lebih tugu kuning meraja. Akhirnya image masyarakat telah bergeser menjadi TUGU KUNING.

Reformasi. Pasca Reformasi 1998, masyarakat mulai mencoba membersihkan warna kuning dikembalikan pada warna yang sepantasnya. Tugu Kuning itupun dikembalikan pada warna aslinya. Hitam. Kembali dagelan kernet bis, jika seseorang mengatakan :"mas Tugu Kuning mas", sang kernet akan membalas:"Tugu Kuning e wis ngalih bu, Tugu Ireng e sing bali". Pernah terdengar balasan dari seorang penumpang seperti ini : "Tugu kok molah malih, mencla mencle kaya lambene kenek e" (  tugu kok ganti-ganti warna, plin-plan seperti bibir kernetnya ).



Gambar diambil : Minggu 6 Mei 2012 pukul 3.00